Allahu Akbar

Rabu, 25 Februari 2009

Silaturahmi, Sebuah Solusi

Menebar kasih sayang terhadap sesama melalui
silaturahmi, subhanallah, akan terasa jauh lebih indah, lebih mengesankan, dan
luar biasa hasilnya sekiranya kita berusaha sekuat-kuatnya untuk memiliki kemampuan
muhasabah (menelisik diri), sehingga lebih mengenali siapa diri kita yang
sebenarnya. Artinya, kalaulah kita hendak mengingat-ingat dan mencari-cari aib
dan kejelekan, jangan sekali-kali tertuju kepada aib dan kejelekan orang lain
karena sungguh teramat terbatas pandangan kita untuk mampu melakukannya.



Kalau mau kita lakukan, ingat-ingat dan selidikilah
aib-aib dan kejelekan yang melumuri diri sendiri. Betapa akan kaget bahwa kita
yang selama ini begitu gemar menilai orang lain jelek, ternyata diri sendiri
malah jauh lebih busuk lagi! Sungguh akan malu sendiri ketika ternyata kita ini
tak lebih dari seorang yang hina dan gemar mengumpul-ngumpul dosa dengan mata,
tangan, mulut, hati, dan anggota tubuh lainnya.

Seorang ulama seperti Yunus bin `Ubaid saja pernah
mengaku, "Sesungguhnya aku menemukan seratus pekerti yang baik, di mana
tidak kulihat diriku sendiri memiliki satu pun di antaranya." Atau,
seperti pernah dikatakan Muhammad bin Wasi`, "Andaikata dosa itu mempunyai
bau, niscaya tak seorang pun yang mau duduk-duduk bersamaku!"

Rahasia silaturahmi

"Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah)
hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu" (Q.S. An-Nisaa: 1).

Sahabat, tahukah tentang sesuatu yang paling cepat
dapat mendatangkan kebaikan ataupun sebaliknya, membuahkan kejahatan?
"Sesuatu yang paling cepat dapat mendatangkan kebaikan," sabda
Rasulullah saw., "adalah balasan (pahala) orang yang berbuat kebajikan dan
menghubungkan tali silaturahmi, sedangkan yang paling cepat mendatangkan
kejahatan ialah balasan (siksaan) orang yang berbuat jahat dan memutuskan
hubungan kekeluargaan" (H.R. Ibnu Majah).

Berbicara tentang silaturahmi, kita tidak hanya
membatasinya dengan sekadar saling bersalaman menyentuhkan tangan atau
permohonan maaf. Akan tetapi, lebih jauh daripada itu kita harus berbicara yang
hakiki, yakni tentang suatu kekuatan mental dan kemampuan yang tinggi dari hati
manusia. Hal ini sesuai dengan asal kata dari "silaturahmi" itu
sendiri, yakni shilat atau washl, yang berarti "menyambungkan" atau
"menghimpun" dan ar-rahiim, yang berarti "kasih sayang".

Pengertian "menyambungkan" adalah suatu
proses aktif dari sesuatu yang asalnya tidak tersambung. "Menghimpun"
biasanya mengandung makna dari sesuatu yang bercerai-berai dan berantakan,
menjadi sesuatu yang bersatu dan utuh kembali. Dalam hal ini Rasulullah saw.
bersabda, "Yang disebut bersilaturahmi itu bukanlah seseorang yang
membalas kunjungan atau pemberian, melainkan bersilaturahmi itu ialah
menyambungkan apa yang terputus" (H.R. Bukhari).

Oleh karena itu, adalah teramat penting bagi kita
untuk tidak hanya merekayasa gerak-gerik tubuh di dalam bersilaturahmi
tersebut, namun haruslah benar-benar bersungguh-sungguh menata hati agar kita
mempunyai kekuatan untuk bisa berbuat lebih baik dan lebih bermutu lagi
daripada apa yang dilakukan orang terhadap kita.

Kalau orang berkunjung kepada kita dan kita balas
mengunjunginya, ini tidak memerlukan kekuatan mental yang tinggi karena bisa
jadi hal itu dilakukan karena kita merasa berutang. Akan tetapi, ada orang yang
tidak pernah bersilaturahmi kepada kita, lalu dengan sengaja kita kunjungi
walaupun harus menempuh jarak yang cukup jauh dan memakan waktu, maka inilah
yang disebut silaturahmi. Apalagi kalau ada orang yang membenci kita, lalu kita
upayakan untuk menemuinya. Padahal, jelas hak-hak kita pernah terambil atau
hati kita sempat terlukai. Di sinilah kekuatan silaturahmi yang sebenarnya.

Pada suatu kesempatan Rasulullah saw. memberikan
taushiyah kepada para sahabatnya. "Hendaknya kalian mengharapkan kemuliaan
dari Allah," demikian sabdanya. "Apakah yang dimaksud itu, ya
Rasulullah?" tanya sahabat. Rasulullah kemudian bersabda lagi,
"Yaitu, hendaknya kalian suka menghubungkan tali silaturahmi kepada orang
yang telah memutuskan engkau, memberikan sesuatu (hadiah) kepada orang yang
tidak pernah memberi sesuatu kepada engkau, dan hendaknya engkau bersabar
(jangan lekas marah) kepada orang yang menganggap engkau bodoh" (H.R.
Al-Hakim).

Walhasil, betapa pentingnya bagi kita menyambungkan
kasih sayang (silaturahmi) itu.
Betapa tidak! Dengan kasih sayang yang
tersambung kepada makhluk-makhluk Allah, maka insya Allah Dia akan menyayangi
kita. Apabila Allah telah menyayangi kita, maka akan dahsyat sekali dampaknya
bagi kita karena kita akan menjadi orang yang paling beruntung dunia dan
akhirat.

Lihat saja bagimana seperseratus kasih sayang Allah
yang dibagi-bagikan kepada bermiliar-miliar makhluk yang ada di dunia ini.
Sampai-sampai induk ayam pun membela dan melindungi anak-anaknya. Orang tua
kita yang notabene tidak pernah bisa kita balas kebaikannya, tetapi mereka
senantiasa berusaha mencukupi kekurangan kita, memenuhi segala kebutuhan kita,
membela di kala kita teraniaya, serta melindungi saat kita terancam. Mereka pun
dengan sepenuh kasih sayang menuntun agar anak-anaknya tidak tergelincir ke
jalan yang salah dan menerangi agar anak-anaknya tidak tersesat walaupun harus
bersimbah peluh berkuah darah.

Demikianlah seperseratus kasih sayang Allah yang
ditebarkan dan dibagi-bagikan kepada makhluk-makhluk yang ada di bumi ini,
sudah sedemikian dahsyatnya. Apalagi Allah yang Mahasempurna dan Mahautuh kasih
sayang-Nya. Allah Mahatahu akan segala kebutuhan, harapan, dan keinginan kita.
Bahkan Allah pemilik segala apa yang kita inginkan. Allah penentu segala
kejadian yang terbaik bagi dunia maupun akhirat kita. Allah tahu persis segala
sesuatu yang akan mencelakakan diri kita. Allah pun tahu persis segala sesuatu
yang akan membinasakan dunia akhirat kita.

Allah Mahagagah, pelindung yang Mahasempurna.
Jikalau Dia berkehendak melindungi seorang makhluk-Nya, tidak ada satu pun yang
bisa menganiayanya, kendatipun bergabung seisi alam semesta ini untuk melakukan
sesuatu. Begitu pun kalau Allah akan memberi karunia kepada makhluk-Nya, tidak
akan pernah terhalangi walaupun seluruh jin dan manusia bergabung untuk
menghalanginya. Pendek kata, orang yang dikasih-sayangi oleh Allah, sempurnalah
kebahagiaannya. Semua kebutuhan tercukupi, kesulitan akan diberi jalan keluar,
bahkan akan dibela dari segala yang mengancamnya dengan pembelaan yang pasti
sangat memuaskan.

Kata-kata ini terlalu ringkas untuk bisa
menguraikan bagaimana dahsyatnya kasih sayang Allah. Terbukti kendati sampai
saat ini berlumur dosa, bergelimang maksiat, dan kurang bersyukur, ternyata
Allah toh tetap saja memberikan segalanya. Tubuh dinormalkan, dididik, diberi
rezeki, diberi tempat tinggal, dan aib-aib kita pun ditutupi-Nya. Padahal,
Allah tidak membutuhkan kita sama sekali. Kendati kita telah berlumur kehinaan
dan kemaksiatan, ternyata tidak terhalang kasih sayang-Nya yang senantiasa
menanti kita kembali kepada-Nya. Allaahu akbar!

Jadi, silaturahmi yang kita laksanakan benar-benar
bukan karena mengharapkan imbalan dari makhluk-makhluk, bukan karena berharap
pujian dan penghargaan, juga bukan karena mendambakan mereka agar menyambungkan
tali silaturahmi sebagaimana yang telah kita lakukan. Sama sekali bukanlah
semua itu yang kita dambakan, melainkan semua ini kita lakukan semata-mata agar
kita semakin disayangi oleh Allah Azza wa Jalla! Zat yang Mahaagung,
Mahasempurna, Mahahebat, Mahasuci, dan Mahamulia.

Sungguh, Mahabenar Allah dengan firman-Nya,
"Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu
saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu" (Q.S. An-Nisaa: 1).

------------------suber:cyberMQ.com
Jadikanlah Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu. Dan Sesungguhnya Yang Demikian itu Sungguh Berat, Kecuali Bagi Orang-Orang yang Khusyu [ Al Baqarah : 45 ]

Senin, 23 Februari 2009

Bersabar Menunggu Panggilan...

Seorang pria berumur 61 tahun bernama Asep Sudrajat menghidupi keluarganya
dengan membuka sebuah toko berukuran 3 x 4 meter di sebuah jalan di kota
Bandung. Tiada yang mendampingi hidupnya di rumah selain Asih, istrinya.
Sudah puluhan tahun berumah tangga, Allah Swt Sang Maha Pencipta belum
berkenan memberikan mereka keturunan.

Namun baik Asep dan Asih adalah model hamba Allah yang menerima segala
ketetapan. Mereka selalu menghiasi hidup dengan pengharapan terhadap Allah
SWT. Bersyukur atas segala nikmat yang mereka terima, dan bersabar atas
segala ujian yang diberikan. Hampir dua puluh tahun mereka menabung demi
mewujudkan cita-cita. Sebuah cita-cita mulia yang mereka tanamkan dalam
hati, untuk berangkat haji ke Baitullah, Mekkah Al Mukarramah. Dengan hasil
dagang di toko yang seadanya, sedikit demi sedikit mereka sisihkan untuk
menggapai cita-cita

itu. Hanya ibadah haji saja dalam benak mereka yang belum pernah mereka
lakukan.

Keinginan itu terus membuncah, menggelegak dalam dada seorang hamba yang
rindu akan keridhaan Rab-nya. Hasil tabungan yang mereka kumpulkan tidak
mereka tabung di bank. Sengaja uang sejumlah itu mereka simpan agar dapat
memotivasi semangat mereka untuk mencari tambahan uang sesegera mungkin.
Sungguh dua puluh tahun
dalam menabung, merupakan masa yang cukup panjang untuk bersabar demi
mewujudkan ketaatan kepada Allah SWT. Tidak banyak, manusia modern di zaman
sekarang yang mampu memiliki niat sedemikian.

Malam itu, Asep dan Asih sekali lagi menghitung jumlah tabungan mereka.
Uang yang mereka simpan untuk berhaji itu kini berjumlah Rp. 50.830.000.
Sementara biaya haji pada saat itu berkisar kurang lebih Rp 27 juta per
orang, belum lagi biaya bimbingan haji yang harus mereka ikuti, ditambah
dengan uang jajan tambahan untuk membeli oleh-oleh. Mereka menghitung,
kurang lebih mereka memerlukan dana berkisar Rp 10 juta.

Setiap malam berlalu, Asep dan Asih selalu menghitung peruntungan jualan
mereka, dan sebagiannya mereka sisihkan untuk mewujudkan cita-cita berhaji.
Suatu pagi, Asep mendengar kabar bahwa kawan karibnya dalam berjamaah
shalat di Masjid As Shabirin jatuh sakit secara mendadak dan kini dirawat
di RS. Dr. Hasan Sadikin.

Setelah divisum oleh dokter rupanya penyakit yang diderita tetangga
sekaligus kawan karibnya itu adalah penyakit tumor tulang. Sebuah penyakit
yang jarang terjadi pada masyarakat Indonesia.

Bersegeralah, Asep menjenguk kawan karibnya itu. Sesampainya di sana,
sahabat tersebut masih berada di ruang ICU dan untungnya masih sadarkan
diri sehingga dapat melakukan percakapan dengan Asep. Dari penuturannya
Asep mengetahui bahwa tumor tulang tersebut telah membuat tetangganya tidak
mampu untuk berdiri lagi, dan tumor tersebut harus diangkat segera. Sebab
bila tidak, maka tumor tersebut dapat menjalar ke bagian tubuh lain. Asep
bergidik mendengarnya. Namun ia masih terus membesarkan hati sahabatnya itu
untuk senantiasa tawakkal dan berdoa kepada Allah Swt Yang Maha
Menyembuhkan setiap penyakit hamba-Nya.

Hampir setiap hari Asep menjenguk sahabatnya itu. Pada hari kedelapan,
sahabatnya itu telah dipindah ke ruang rawat inap kelas 3, bersama tujuh
pasien lainnya dalam satu kamar. Kamar tersebut pengap dengan bau obat, dan
tidak layak disebut sebagai kamar rumah sakit. Pemandangan yang berantakan.
Jemuran baju pasien dan pendamping yang bertebaran di sepanjang jendela.
Seprai kasur yang tidak rapi. Tikar dan koran bertebaran di pojok-pojok
kamar. Itu semua membuat pemandangan kamar menjadi tidak asri dan pengap.

Namun apa mau dikata,
tetangganya adalah seorang yang mungkin memilik nasib sama dengan jutaan
orang di Indonesia. Sudah masuk rumah sakit saja Alhamdulillah, nggak tahu
bayarnya pakai apa?

Hari itu adalah hari kesebelas sahabatnya dirawat di rumah sakit. Kebetulan
Asep sedang berada di sana, seorang perawat membawakan sebuah surat dari
rumah sakit bahwa untuk membuang tumor yang berada di sendi-sendi tulang
pasien haruslah dijalankan sebuah operasi. Operasi itu akan menelan biaya
hampir Rp 50 juta. Bila keluarga pasien mengharapkan kesembuhan, maka
operasi tersebut harus dilakukan. Namun kalau mau berpasrah kepada takdir
Tuhan, maka tinggal berdoa saja agar terjadi keajaiban.

Siapa orangnya yang tidak mau sembuh dari penyakit? Semua orang pun
berharap sedemikian. Namun mau bilang apa? Keluarga sahabat Asep tersebut
sudah menguras habis tabungan yang mereka miliki, namun itu semua untuk
bayar biaya rumah sakit selama ini saja tidak cukup. Apalagi untuk
membiayai proses operasi? Sungguh,
yang mampu mereka lakukan adalah memohon pertolongan kepada Allah Swt. Hari
kedua belas, ketiga belas, keempat belas…. kondisi pasien semakin parah.
Badannya terlihat kurus tak bertenaga. Kelemahan itu terlihat jelas dalam
sorot cahaya mata yang kian meredup. Sang pasien tidak mampu lagi
menanggapi lawan bicara. Tumor itu semakin mengganas dan menjalar ke
seluruh tubuh. Pemandangan itu semakin menyentuh relung hati Asep yang
terdalam. Maka di pinggir ranjang sahabatnya, Asep pun mengambil sebuah
keputusan besar.

Setelah berpamitan dengan keluarga sahabatnya, ia bergegas pulang menuju
rumah. Di sana terlihat olehnya Asih sedang melayani pembeli yang datang ke
toko sederhana milik mereka. Saat pembeli sudah sepi, Asep lalu
menyampaikan keputusannya itu kepada Asih. “Bu…, Kang Endi tetangga
kita yang sedang di rawat di rumah sakit itu kondisinya semakin memburuk.

Bapak tidak sanggup melihat penderitaannya. Sepertinya kita harus bantu dia
dan keluarganya. Tiga hari lalu, kebetulan bapak sedang di sana, seorang
suster memberitahukan bahwa Kang Endi
harus dioperasi segera. Keluarganya belum berani menyatakan iya, sebab
biaya operasi itu hampir Rp 50 juta….” Asep membuka pembicaraannya
dengan kalimat yang panjang. Asih pun mulai merasa iba dengan penderitaan
Kang Endi dan keluarganya, “Kasihan mereka ya, Pak! Kita bisa bantu

apa…? Asep pun langsung menyambung
dengan cepat, “Kalau ibu berkenan, bagaimana bila dana tabungan haji kita
diberikan saja kepada mereka semua untuk biaya operasi?” Kalimat itu
diakhiri dengan sebuah senyum merekah di bibir Asep. “Diberikan….?!!
Waduh pak…, hampir dua puluh tahun kita nabung dengan susah payah agar
cita-cita berhaji dapat diwujudkan. Masa bisa pupus seketika dengan
membantu orang lain yang bukan saudara kita?” Asih mengajukan penolakan
atas usulan suaminya.

Bu…., banyak orang yang berhaji belum tentu mabrur di sisi Allah.
Mungkin ini adalah jalan buat kita untuk meraih keridhaan Allah Swt.

Biarkan kita hanya berhaji di pekarangan rumah kita sendiri, tidak perlu ke
Baitullah. Bapak yakin bila kita menolong saudara kita, Insya Allah, kita
akan ditolong juga oleh Dia

Yang Maha Kuasa.Kalimat itu meluncur dari mulut Asep dan menohok relung
hati Asih sehingga begitu membekas di dasarnya. Tak kuasa, Asih pun
mengangguk dan setuju atas usul suaminya.

Keesokan pagi, Asep dan Asih pun datang berdua ke rumah sakit untuk
menjenguk. Toko mereka ditutup hari itu. Mereka berdua datang ke rumah
sakit dengan membawa sebuah amplop tebal berisikan uang sejumlah Rp 50 juta
yang tadinya mereka siapkan untuk berhaji. Keduanya tiba di rumah sakit dan
menjumpai Kang Endi dan
keluarganya di sana. Usai membacakan doa untuk pasien, keduanya datang
kepada istri Kang Endi. Mereka serahkan sejumlah uang tersebut, dan suasana
menjadi haru seketika. Bagi keluarga Kang Endi ini adalah moment dimana doa
diijabah oleh Tuhan. Sementara bagi Asep dan Asih, ini merupakan saat
dimana keikhlasan
menolong saudara harus ditunjukkan. Lalu pulanglah Asep dan Asih ke rumah
setelah berpamitan kepada keluarga.

Uang itu kemudian segera dibawa oleh salah seorang anggota keluarga ke
bagian administrasi rumah sakit. Formulir kesediaan menjalani operasi telah
diisi. Besok pagi jam 08.00 operasi pengangkatan tumor di sendi-sendi
tulang Kang Endi akan dilakukan. Alhamdulillah! Esoknya Kang Endi sudah
dibawa ke ruang
operasi.Sebelum dioperasi, dokter spesialis tulang yang selama ini
menangani Kang Endi sempat berbincang dengan keluarga. Doakan ya agar
operasi berjalan lancar dan Pak Endi semoga lekas sembuh! Kalau boleh
tahu…, darimana dana operasi ini didapat?” Dokter mencetuskan
pertanyaan tersebut, karena ia tahu sudah berhari-hari pasien tidak jadi
dioperasi sebab keluarga tidak mampu menyediakan dananya.

Istri Kang Endi menjawab, Ada seorang tetangga kami bernama pak Asep
yang membantu, Alhamdulillah dananya bisa didapat, Dok Memangnya,
beliau usaha apa? Kok mau membantu dana hingga sebesar itu? Dibenak
dokter, pastilah pak Asep adalah seorang pengusaha sukses. Dia hanya
punya usaha toko kecil di dekat rumah kami. Saya saja sempat bingung saat
dia dan istrinya memberikan bantuan sebesar itu Istri Kang Endi
menambahkan.

Di dalam hati, dokter kagum dengan pengorbanan pak Asep dan istrinya.
Hatinya mulai tergerak dan berkata, “Seorang pak Asep yang hanya punya
toko kecil saja mampu membantu saudaranya. Kamu yang seorang dokter
spesialis dan kaya raya, tidak tergerak untuk membantu sesama.” Suara
hati itu terus membekas dalam dada
pak dokter. Pembicaraan itu usai, dan dokter pun masuk ke ruang operasi.

Alhamdulillah operasi berjalan sukses dan lancar. Ia memakan waktu hingga 4
jam lebih. Semua tumor yang berada pada tulang Kang Endi telah diangkat.
Seluruh keluarga termasuk dokter dan perawat yang menangani merasa gembira.
Kang Endi tinggal menjalani masa penyembuhan pasca operasi. Pak Asep masih
sering menjenguknya. Suatu hari kebetulan pak dokter sedang memeriksa
kondisi Kang Endi dan pak Asep pun sedang berada di sana. Keduanya pun
berkenalan. Pak dokter
memuji keluasan hati pak Asep. Pak Asep hanya mampu mengembalikan pujian
itu kepada Pemiliknya, yaitu Allah Swt. Hingga akhirnya, pak dokter meminta
alamat rumah pak Asep secara tiba-tiba.

Beberapa minggu setelah Kang Endi pulang dari rumah sakit. Malam itu, Asep
dan Asih tengah berada di rumahnya. Toko belum lagi ditutup, tiba-tiba ada
sebuah mobil sedan hitam diparkir di luar pagar rumah. Nampak ada sepasang
pria dan wanita turun dari mobil tersebut. Cahaya lampu tak mampu menyorot
wajah keduanya
yang kini datang mengarah ke rumah pak Asep. Begitu mendekat, tahulah pak
Asep bahwa pria yang datang adalah pak dokter yang pernah merawat
sahabatnya kemarin.

Gemuruh suasana hati Asep. Ia terlihat kikuk saat menerima kehadiran pak
dokter bersama istrinya. Terus terang, seumur hidup, pak Asep belum pernah
menerima tamu agung seperti malam ini. Maka dokter dan istrinya
dipersilakan masuk. Setelah disuguhi sajian ala kadarnya, maka mereka
berempat terlibat dalam

pembicaraan hangat. Tidak lama pembicaraan kedua keluarga itu berlangsung.
Hingga saat pak Asep menanyakan maksud kedatangan pak dokter dan istri.
Maka pak dokter menjawab bahwa ia datang hanya untuk bersilaturrahmi kepada
pak Asep dan istri.

Pak dokter menyatakan bahwa ia terharu dengan pengorbanan pak Asep dan
istri yang telah rela membantu tetangganya yang sakit dan memerlukan dana
cukup besar. Ia datang bersilaturrahmi ke rumah pak Asep hanya untuk
mengetahui kondisi pak Asep dan belajar cara ikhlas membantu orang lain
yang sulit ditemukan di bangku
kuliah. Semua kalimat yang diucapkan oleh pak dokter dielak oleh pak Asep
dengan bahasa yang selalu merendah.

Tiba saat pak dokter berujar, Pak Asep dan ibu…., saya dan istri
berniat untuk melakukan haji tahun depan. Saya mohon doa bapak dan ibu agar
perjalanan kami dimudahkan Allah Swt… Saya yakin doa orang-orang shaleh
seperti bapak dan ibu akan dikabul oleh Allah… Baik Asep dan Asih
menjawab serentak dengan kalimat,

Amien… Pak dokter menambahkan, Selain itu, biar doa bapak dan
ibu semakin dikabul oleh Allah untuk saya dan istri, ada baiknya bila bapak
dan ibu berdoanya di tempat-tempat mustajab di kota suci Mekkah dan
Madinah…Kalimat yang diucapkan pak dokter kali ini sama-sama membuat
bingung Asep dan Asih sehingga membuat mereka berani menanyakan, Maksud
pak dokter…Ehm…, maksud saya, izinkan saya dan istri mengajak
bapak dan ibu Asep untuk berhaji bersama kami dan berdoa di sana sehingga
Allah akan mengabulkan doa kita semua

Kalimat itu berakhir menunggu jawaban. Sementara jawaban yang ditunggu
tidak kunjung datang hingga air mata keharuan menetes di pipi Asep dan Asih
secara bersamaan. Beberapa menit keharuan meliputi atmosfir ruang tamu
sederhana milik Asep dan Asih. Seolah bagai rahmat Tuhan yang turun
menyirami ruh para hamba-Nya yang senantiasa mencari keridhaan Tuhan. Asep
dan Asih hanya mampu mengucapkan terima kasih berulang-ulang. Usai pak
dokter pulang, keduanya tersungkur sujud mencium tanah tanda rasa syukur
yang mendalam mereka sampaikan kepada Allah Yang Maha Pemurah. Akhirnya,
mereka berempat pun menjalankan haji di Baitullah demi
mencari keridhaan Allah Azza wa Jalla.

Sungguh, kesabaran panjang yang diakhiri dengan pengorbanan kebaikan, akan
berbuah di tangan Allah Swt menjadi balasan yang besar dan anugerah yang
tiada terkira.

Artikel dikutip dari Kartu Pintar produksi Visi Victory Bandung

Kamis, 19 Februari 2009

Keutamaan Subuh

Oleh : Muhammad Jihad Akbar


Shalat Subuh merupakan satu di antara shalat wajib lima waktu yang mempunyai
kekhususan dari shalat lainnya dan mempunyai keutamaan yang luar biasa. Pada
saat inilah pergantian malam dan siang dimulai. Pada saat ini pula malaikat
malam dan siang berganti tugas (HR Al-Bukhari).

Karenanya, beruntunglah mereka yang dapat melaksanakan shalat Subuh pada awal
waktu sebab disaksikan oleh malaikat, baik malaikat yang bertugas pada malam
hari maupun siang. Allah SWT berfirman: ''Dan dirikanlah shalat Subuh.
Sesungguhnya shalat Subuh itu disaksikan (oleh para malaikat).'' (QS Al-Isra'
[17]: 78).

Selain itu, shalat Subuh juga bisa menjadi penerang pada hari ketika semua
orang berada dalam kekalutan (kiamat). Seperti yang disabdakan oleh Rasulullah
SAW, ''Berilah kabar gembira bagi orang-orang yang berjalan di kegelapan menuju
masjid (untuk mengerjakan shalat Subuh) dengan cahaya yang terang benderang
(pertolongan) pada hari kiamat.'' (HR Abu Daud, Tirmidzi dan Ibn Majah).

Tak hanya itu, Allah pun telah menyiapkan pahala yang luar biasa bagi mereka
yang membiasakan shalat Subuh tepat pada waktunya, yaitu mendapatkan pahala
sebanding dengan melakukan shalat semalam suntuk. Sebagaimana yang disebutkan
dalam sebuah hadis, ''Barangsiapa yang shalat Subuh berjamaah, maka seakan-akan
dia telah melaksanakan shalat semalam suntuk.'' (HR Bukhari).

Di antara hikmah dan alasannya adalah karena shalat Subuh merupakan shalat
wajib yang paling ''sulit'' dikerjakan pada awal waktu. Banyak di antara kita
lebih memilih untuk tidur di atas kasur empuk dan selimut yang hangat. Padahal,
seruan Allah (adzan) pada waktu Subuh telah memberitahukan kita bahwa shalat
itu lebih baik daripada tidur.

Secara ilmiah, benar adanya bahwa bangun pagi dan melakukan shalat lebih baik
daripada terus tidur. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Louis J
Ignarro dan Ferid Murad, pembuluh darah manusia akan mengembang pada tengah
malam terakhir sampai menjelang siang. Kemudian secara berangsur-angsur
sekumpulan sel darah akan menggumpal pada dinding pembuluh sehingga terjadi
penyempitan. Inilah yang mengakibatkan tekanan darah tinggi.

Menurut peraih Nobel bidang Fisiologi dan Kedokteran tahun 1998 ini, ada cara
alamiah yang bisa dilakukan oleh setiap orang, yaitu menggerakkan tubuh sejak
pagi buta. Karena, penelitian mereka menunjukkan bahwa dengan
menggerak-gerakkan tubuh, gumpalan sel tadi akan melebur bersama aliran darah
yang terpompa dengan kencang pada saat bergerak.

Maka, beruntunglah mereka yang terbiasa menggerakkan tubuh pada waktu Subuh
dengan bangun tidur lalu berwudhu kemudian berjalan menuju masjid guna shalat
Subuh berjamaah.

Jumat, 13 Februari 2009

Berbagi Cinta

Bila ada ajakan untuk berbagi, apa yang ada di pikiran Anda? Mungkin
berbagi dana, berbagi pakaian layak pakai, sembako, susu, atau berbagi
makanan. Ya, semua jawaban biasanya dalam bentuk materi. Itu mungkin karena
di kepala kita telah tertancap ide-ide materialistik yang sudah mengglobal.
Mengukur segala sesuatunya dengan ukuran yang bersifat material dan kasat
mata. Pengalaman nyata dari ayah angkat saya mungkin bisa menjadi pelajaran
bahwa berbagi tidaklah mesti berbentuk materi.

Setiap tahun, ayah angkat saya punya kebiasan berkeliling ke berbagai panti
asuhan dan rumah anak yatim. Kunjungan biasanya dilakukan dua kali. Awal
bulan Ramadhan dan akhir bulan Ramadhan. Kunjungan pertama adalah survei
untuk mengetahui kebutuhan panti asuhan atau rumah yatim. Kunjungan kedua
membawa bantuan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.

Ketika berkunjung ke salah satu rumah yatim, ayah angkat saya bertemu
dengan seorang bocah manis dan lucu. Dia masih sekolah kelas nol besar.
Siapa namamu nak? sapa ayah saya. Nama saya Nina Om, jawabnya
manja. Nina sudah punya sepatu baru? tanya ayah saya. Sudah om,
dikasih Abah (pemimpin panti-red). Nina juga sudah punya baju baru urai
Nina.

Kalau begitu Nina mau apa? tanya ayah saya. Nggak ah… ntar Om
marah jawab Nina. Nggak sayang, Om nggak akan marah, ayah saya
menimpali. Nggak ah… ntar Om marah Nina mengulang jawabannya. Ayah
saya berpikir, pasti yang diminta Nina adalah sesuatu yang mahal. Rasa
keingintahuan ayah saya semakin menjadi. Maka dia dekati lagi Nina.


Ayo Nak katakan apa yang kamu minta sayang, pinta ayah saya. Tapi
janji ya Om tidak marah? jawab Nina manja. Om janji tidak akan marah
sayang, tegas ayah saya.Bener Om nggak akan marah? sahut Nina
agak ragu. Ayah saya menganggukkan kepala.

Nina menatap tajam wajah ayah saya. Sementara ayah saya berpikir,
Seberapa mahal sich yang bocah kecil ini minta sampai dia harus
meyakinkan bahwa saya tidak akan marah. Sambil tersenyum Ayah mengatakan
ayo Nak, katakan, jangan takut, Om tidak akan marah Nak.Bener ya
Om nggak marah?, ujar Nina sambil terus menatap wajah ayah saya. Sekali
lagi ayah saya menganggukkan kepala.

Dengan wajah berharap-harap cemas, Nina mengajukan permintaanya Mmmm,
boleh gak mulai malam ini saya memanggil Om..dengan paggilan Ayah?. Nina
sedih gak punya ayah Mendengar jawaban itu, Ayah saya tak kuasa
membendung air matanya. Segera dia peluk Nina, tentu Anakku.. tentu
Anakku…mulai hari ini Nina boleh memanggil Ayah, bukan Om. Sambil
memeluk erat ayah saya, dengan terisak Nina berkata terima kasih ayah…
terima kasih ayah...

Hari itu, adalah hari yang takkan terlupakan buat ayah saya. Dia habiskan
waktu beberapa saat untuk bermain dan bercengkrama dengan Nina. Karena
merasa belum memberikan sesuatu berbentuk material kepada Nina maka sebelum
pulang Ayah bertanya lagi pada Nina, anakku, sebelum lebaran nanti ayah
akan datang lagi kemari bersama ibu dan kakak-kakakmu, apa yang kamu minta
nak?Kan udah tadi, Nina sudah boleh memanggil Ayah, jawab Nina.

Nina masih boleh minta lagi sama ayah. Nina boleh minta sepeda, otoped
atau yang lain, pasti akan Ayah kasih. jelas Ayah saya. Nanti kalau
ayah datang sama ibu ke sini, aku minta Ayah bawa foto bareng yang
ada Ayah, Ibu dan kakak-kakak NIna, boleh kan Ayah? Nina memohon sambil
memegang tangan Ayah.

Tiba-tiba kaki Ayah lunglai. Dia berlutut di depan Nina. Dia peluk lagi
Nina sambil bertanya, buat apa foto itu Nak?Nina ingin tunjukkan
sama temen-temen Nina di sekolah, ini foto ayah Nina, ini ibu Nina, ini
kakak-kakak Nina.Ayah saya memeluk Nina semakin erat, seolah tak mau
berpisah dengan gadis kecil yang menjadi guru kehidupannya di hari itu.

Terima kasih Nina. Meski usiamu masih belia kau telah mengajarkan kepada
kami tentang makna berbagi cinta. Berbagilah cinta, karena itu lebih
bermakna dibandingkan dengan sesuatu yang kasat mata. Berbagilah cinta,
maka kehidupan kita akan lebih bermakna. Berbagilah cinta agar orang lain
merasakan keberadaan kita di dunia.

Dikutip dari Jamil Azzaini.

Mengapa Manusia Memilih Kehidupan Fana?

oleh Mashadi

Bagaimana memaknai kehidupan? Bagaimana manusia harus mensikapi kehidupannya? Kehidupan dalam Islam, bukanlah rentang waktu yang pendek, yang digambarkan usia seseorang, atau usia sebagian umat manusia. Namun, juga bukan rentang waktu yang nyata, yang digambarkan dengan usia umat manusia secara keseluruhan.

Kehidupan menurut pandangan Islam adalah kehidupan di segala masanya, baik itu kehidupan nyata ­ yakni kehidupan duniawi ­ dan juga ke kehidupan akhirat. Masa dalam kehidupan dunia berbanding jauh dengan kehidupan akhirat. Ia bagaikan hanya satu jam di tengah hari. Ruang kehidupan akhirat pun lebih luas dari ruang kehidupan dunia. Ia adalah perpaduan ruang kehidupan dunia ­ di mana manusia hidup ­ dengan ruang lainnyanya.

Luas surga dalam kehidupan akhirat sebanding dengan langit dan bumi dalam kehidupan manusia. Sedangkan kehidupan neraka dalam kehidupan akhirat mampu menampung seluruh orang kafir dalam seluruh masa.

Tentu, hakikat rentang kehidupan mencakup kehidupan yang sifatnya familiar, yakni kehidupan akhirat, baik itu di surge maupun di neraka. Suasana yang ada dalam kehidupan akhirat tidak akan bisa dirasakan dan disamakan dengan suasana yang ada dalam kehidupan dunia.

Allah Ta'ala telah mendiskripsikan dengan jelas tentang kehidupan akhirat dalam al-Qur’an dengan berbagai karakteristik yang dimilikinya, hingga tampak jelas hakikatnya bagi siapa saja yang ingin mempelajarinya. Tapi, banyak manusia yang tidak mau memilih kehidupan yang lebih nyata, dan kekal, tapi manusia lebih memilih kehidupan yang fana, yaitu dunia.

Allah Ta'ala berfirman : Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui. (al-Ankabut :64) Menurut Mujahid mengungkapkan, “Sesungguhnya yang dimaksud dengan, sesungguhnya akhirat I tulah yang sebenarnya kehidupan adalah kehidupan yang tidak ada kematian didalamnya. Sedang Ibn Jarir menyatakan, yang dimaksud dengan kehidupan akhirat adalah kehidupan yang kekal. Tidak ada kesudahannya, tidak interupsi dan tidak ada kematian. Ibn Abu Ubaidah mengemukakan, bahwa yang dimaksud dengan kehidupan akhirat adalah kehidupan yang tidak ada kematian di dalamnya. Ia adalah kehidupan yang tidak penuh dengan tipu daya, sebagaimana kehidupan duniawi.

Kisah indah digambarkan dalam kehidupan seorang sahabat, yaitu Hasan al-Basri, yang sangat zuhud terhadap dunia. Al-Basri tidak pernah terkena tipu daya dunia. Hidupnya jauh dari perbuatan durhaka, dan senantiasa diliputi ibadah kepada Rabbnya. Ia tinggalkan kehidupan dunia, yang melalaikan, dan hanya tipu daya belaka. Hasan al-Basri, benar-benar seorang, yang senantiasa dirinya terikat dengan akhirat. Jalan hidupnya penuh dengan ketaqwaan.Ia tidak ingin mengotori dengan prenik-prenik kenikmatan yang menipu, dan membuatnya terjatuh dalam murka-Nya.

Ketika Hasan al-Basri sedang sakit, saudara-saudaranya dan teman-temannya yang menjenguk merasa heran. Karen mereka tidak mendapati apa-apa dirumahnya, tidak ada tikar ataupun selimut, kecuali tempat tidur yang tidak ada apa-apanya. Hasan al-Basri rahimahullah adalah seorang ustadz (guru) dalam kewara’an. Dia mencari tingkat yang luhur dan menjauhkan dirinya dari hal-hal yang mengotorinya. Alangkah indahnya hidup laki-laki yang menahan diri dari selera nafsu dan beraneka ragam kenikmatan dunia.

Sementara, tak sedikit manusia yang binasa lantaran memperturutkan hawa nafsunya. Hasan al-Basri menjauhi hawa nafsu yang menyukai segala Sesutu, nafsu yang cenderung kepada aneka kesenangannya yang dapa merusaknya.

Kewaraan Hasan al-Basri samapi ke tingkat ia tidak mengambil gaji dalam tugasnya dibidang peradilan. Tatkala Addi bin Arthat, seorang pejabat Iraq, memberinya uang sebesar 200 dirham, ia menolaknya. Addi mengira pemberian uang itu dianggap kurang oleh Hasan al-Basri. Karena itu, ia menambahnya. Namun, Hasan al-Basri tetap menolaknya. Al-Basri berujar : Aku menolaknya bukan karena aku memandang uang itu sedikit. Aku menolaknya karena tidak mau mengambil upah dalam memutuskan hukum, tegas al-Basri.

Tidak ada lagi di zaman sekarang manusia yang memiliki sikap hidup seperti Hasan al-Basri, yang zuhud terhadap kehidupan dunia. Manusia modern di saat sekarang ini, justru mengejar kehidupan dunia yang fana, dan sebentar berakhir manusia. Tapi, justru manusia mengagungkan dan memuja kehidupan dunia, yang tidak ada artinya apa-apa di akhirat nanti. Wallahu alam.

http://www.eramuslim.com/syariah/bercermin-salaf/mengapa-manusia-memilih-kehidupan-fana.htm

Free Al Aqsho, Free Palestine, Allohu Akbar!!!

Siapakah yang Ukhti Pilih?

Penyusun: Ummu Muhammad (Bulletin Zuhairoh)
Muroja'ah: Ust. Aris Munandar

Menikah, satu kata ini akan menjadi sesuatu yang sangat berarti bagi pemuda ataupun pemudi yang sudah mencapai usia remaja. Remaja yang sudah mulai memiliki rasa tertarik dengan lawan jenisnya, akan memperhatikan pasangan yang diimpikan menjadi pasangan hidupnya. Sejenak waktu, hatinya akan merenda mimpi, membayangkan masa depan yang indah bersamanya.

Saudariku muslimah yang dirahmati Allah, tentu kita semua menginginkan pasangan hidup yang dapat menjadi teman dalam suka dan duka, bersama dengannya membangun rumah tangga yang bahagia, sampai menapaki usia senja, bahkan menjadi pasangan di akhirat kelak. Tentu kita tidak ingin bahtera tumah tangga yang sudah terlanjur kita arungi bersama laki-laki yang menjadi pilihan kita kandas di tengah perjalanan, karena tentu ini akan sangat menyakitkan, menimbulkan luka mendalam yang mungkin sangat sulit disembuhkan, baik luka bagi kita maupun bagi buah hati yang mungkin sudah ada. Lagipula, kita mengetahui bahwa Allah Ta’ala, Robb sekaligus Illah kita satu-satunya sangat membenci perceraian, meskipun hal itu diperbolehkan jika memang keduanya merasa berat. “Mencegah lebih baik daripada mengobati.” Itulah slogan yang biasa dipakai untuk masalah kesehatan. Dan untuk masalah kita ini, yang tentunya jauh lebih urgen dari masalah kesehatan tentu lebih layak
bagi kita untuk memakai slogan ini, agar kita tidak menyesal di tengah jalan.
Saudariku muslimah, sekarang banyak kita jumpai fenomena yang sangat memprihatinkan dan menyedihkan hati. Banyak dari saudari-saudari kita yang terpesona dengan kehidupan dunia, sehingga timbul predikat ‘cewek matre’, yaitu bagi mereka yang menyukai laki-laki karena uangnya. Ada juga diantara saudari kita yang memilih laki-laki hanya karena fisiknya saja. Ada juga diantara mereka yang menyukai laki-laki hanya karena kepintarannya saja, padahal belum tentu kepintarannya itu akan menyelamatkannya, mungkin justru wanita itu yang akan dibodohi.
Sebenarnya tidak mengapa kita menetapkan kriteria - kriteria tersebut untuk calon pasangan kita, namun janganlah hal tersebut dijadikan tujuan utama, karena kriteria-kriteria itu hanya terbatas pada hal yang bersifat duniawi, sesuatu yang tidak kekal dan suatu saat akan menghilang. Lalu bagaimana solusinya ? Saudariku, sebagai seorang muslim, standar yang harus kita jadikan patokan adalah sesuatu yang sesuai dengan ketentuan syariat. Karena hanya dengan itu kebahagian hakiki akan tercapai, bukan hanya kebahagian dunia saja yang akan kita dapatkan, tapi kebahagiaan akhirat yang kekal pun akan kita nikmati jika kita mempunyai pasangan yang bisa diajak bekerjasama dalam ketaatan kepada Allah.
Diantara kriteria-kriteria yang hendaknya kita utamakan antara lain:
1. Memilih calon suami yang mempunyai agama dan akhlak yang baik, dengan hal tersebut ia diharapkan dapat melaksanakan kewajiban secara sempurna dalam membimbing keluarga, menunaikan hak istri, mendidik anak, serta memiliki tanggung jawab dalam menjaga kehormatan keluarga.
Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda, “Jika datang melamar kepadamu orang yang engkau ridho agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dengannya, jika kamu tidak menerimanya, niscaya akan terjadi fitnah di bumi dan kerusakan yang luas. (HR. Tirmidzi, hasan)
Seorang laki-laki bertanya kepada Hasan bin Ali, Saya punya seorang putri, siapakah kiranya yang patut jadi suaminya Hasan bin Ali menjawab, Seorang laki-laki yang bertaqwa kepada Allah, sebab jika ia senang ia akan menghormatinya, dan jika ia sedang marah, ia tidak suka zalim kepadanya.
2. Memilih calon suami yang bukan dari golongan orang fasiq, yaitu orang yang rusak agama dan akhlaknya, suka berbuat dosa, dan lain-lain.
“Siapa saja menikahkan wanita yang di bawah kekuasaanya dengan laki-laki fasiq, berarti memutuskan tali keluarga. (HR. Ibnu Hibban, dalam Adh-Dhuafa & Ibnu Adi)
Ibnu Taimiyah berkata, Laki-laki itu selalu berbuat dosa, tidak patut dijadikan suami. Sebagaimana dikatakan oleh salah seorang salaf. (Majmu Fatawa 8/242)
3. Laki-laki yang bergaul dengan orang-orang sholeh.
4. Laki-laki yang rajin bekerja dan berusaha, optimis, serta tidak suka mengobral janji dan berandai-andai.
5. Laki-laki yang menghormati orang tua kita.
6. Laki-laki yang sehat jasmani dan rohani.
7. Mau berusaha untuk menjadi suami yang ideal, diantaranya: Melapangkan nafkah istri dengan tidak bakhil dan tidak berlebih-lebihan; memperlakukan istri dengan baik, mesra, dan lemah lembut; bersendau gurau dengan istri tanpa berlebih-lebihan; memaafkan kekurangan istri dan berterima kasih atas kelebihannya; meringankan pekerjaan istri dalam tugas-tugas rumah tangga; tidak menyiarkan rahasia suami istri; memberi peringatan dan bimbingan yang baik jika istri lalai dari kewajibannya; memerintahkan istri memakai busana muslimah ketika keluar; menemani istri bepergian; tidak membawa istri ke tempat-tempat maksiat; menjaga istri dari segala hal yang dapat menimbulkan fitnah kepadanya; memuliakan dan menghubungkan silaturahim kepada orang tua dan keluarga istri; memanggil istri dengan panggilan kesukaannya; dan yang terpenting bekerjasama dengan istri dalam taat kepada Allah Ta'ala.
Satu hal yang perlu kita ingat saudariku, bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna. Jangan pernah membayangkan bahwa laki-laki yang sholeh itu tidak punya cacat & kekurangan. Tapi, satu hal yang tidak boleh kita tinggalkan adalah ikhtiar dengan mencari yang terbaik untuk kita, serta bertawakal kepada Allah dengan diiringi do'a.
Maroji:
Ensiklopedi Wanita Muslimah. Haya bintu Mubaroh Al-Barik.
***
Artikel www.muslimah.or.id

Senin, 09 Februari 2009

Bau Harum di Tempat Penyimpanan Serpihan Tubuh Pejuang Al-Qassam

Written by usamah

Walau sudah hancur, tubuh pejuang Al-Qassam mengeluarkan semerbak bau
harum, dan itu terulang kembali setelah 20 hari wafatnya

Hidayatullah.com--Keluarga Abdullah As Shani' terkejut dengan bau misk
yang berhembus dari ruangan bekas penyimpanan serpihan tubuh putra
mereka itu, demikian tulis situs syiria-aleppo.com.
Abdullah As Shani' adalah anggota kesatuan sniper Al-Qassam yang
menjadi sasaran rudal pesawat F-16 Israel, ketika sedang berada di pos
kemanan bagian barat Gaza.

Dua hari dilakukan pencarian tubuh pejuang ini. Ternyata tidak tersisa
dari tubuhnya kecuali serpihan kepala dan dagunya, sedangkan bagian
tubuh lainnya "lumat" oleh rudal Israel.

Ketika mendengar berita tersebut, puluhan orang-orang yang mengenal
pejuang yang memiliki kuniyah Abu Hamzah ini ramai-ramai mendatangi
rumahnya, untuk mencium bau harum yang berasal dari serpihan-serpihan
tubuh pejuang itu, yang diletakkan dalam sebuah plastik di salah satu
ruangan rumah keluarganya.

Fenomena ini bukan satu-satunya, pihak keluarga menyatakan bahwa pada
20 hari setelah wafatnya Abdullah, bau harum itu kembali semerbak
memenuhi rungan yang sama.

Sebagaimana diketahui, Abdullah As Shani', mujahid yang tidak suka
menampakkan amalan-amalannya ini, disamping sebagai anggota kesatuan
sniper (penembak jitu), ia juga menjadi salah satu komandan lapangan
Al-Qassam dan pengawal khusus para tokoh Hamas.

Kamis, 05 Februari 2009

Dosa-dosa Besar/Haram yang Harus Dijauhi

Perumpamaan syurga yang dijanjikan kepada
orang-orang yang takwa ialah (seperti taman); mengalir
sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti
sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat
kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa, sedang
tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah
neraka.” [Ar Ra’d:35]

Allah telah menjanjikan surga bagi orang yang takwa.
Yaitu orang yang mengerjakan perintah Allah dan
menjauhi larangan Allah. Oleh karena itu hendaklah
kita mempelajari apa saja larangan atau hal-hal yang
diharamkan oleh Allah SWT agar kita tahu dan tidak
mengerjakannya.

Pertama-tama kita harus tahu bahwa dosa itu adalah
hal-hal yang membuat kita gelish/tidak tenang dan malu
jika diketahui orang lain:

Dari Nawas bin Sam’an ra bahwa Nabi SAW bersabda,
“Kebajikan itu adalah budi pekerti yang baik, dan
dosa itu adalah segala sesuatu yang menggelisahkan
perasaanmu dan yang engkau tidak suka bila dilihat
orang lain.” (HR. Muslim)

Dan dari Wabishah bin Ma’bad ra dia berkata: Aku
datang kepada Rasulullah SAW, beliau bersabda,
“Apakah engkau datang untuk bertanya tentang
kebajikan?” Aku berkata,” Ya.” Beliau bersabda,
“Bertanyalah kepada hatimu. Kebajikan adalah apa
yang menjadikan tenang jiwa dan hati, sedangkan dosa
adalah apa yang menggelisahkan jiwa dan menimbulkan
keraguan dalam hati, meskipun orang-orang terus
membenarkanmu.” (Imam Ahmad bin Hambal dan Imam
Ad-Darimi)

Janganlah memandang kecil kesalahan (dosa) tetapi
pandanglah kepada siapa yang kamu durhakai (Allah).
(HR. Aththusi)

Syirik Dosa yang Terbesar dan Tidak Diampuni Allah SWT

Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa
mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia
mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan
(sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah
tersesat sejauh-jauhnya.” [An Nisaa’:116]

Contoh Syirik adalah menyembah adanya Tuhan lain
selain Allah seperti Tuhan Yesus, Roh Kudus, Dewa
Matahari, Brahma, Syiwa, Wisnu, dan sebagainya.

Yang sering dilakukan ummat Islam adalah syirik kecil
seperti pergi ke Dukun atau Orang ”Pintar”,
memakai jimat (cincin, kalung, dsb), mempercayai
ramalan, dan sebagainya.

Barangsiapa mendatangi dukun peramal dan bertanya
kepadanya tentang sesuatu (lalu mempercayainya) maka
shalatnya selama empat puluh malam tidak akan
diterima. (HR. Muslim)

Barangsiapa mendatangi dukun peramal dan percaya
kepada ucapannya maka dia telah mengkufuri apa yang
diturunkan Allah kepada Muhammad Saw. (Abu Dawud)

Sesungguhnya pengobatan dengan mantra-mantra,
kalung-gelang penangkal sihir dan guna-guna adalah
syirik. (HR. Ibnu Majah)

Barangsiapa membatalkan maksud keperluannya karena
ramalan mujur-sial maka dia telah bersyirik kepada
Allah. Para sahabat bertanya, "Apakah penebusannya, ya
Rasulullah?" Beliau menjawab, "Ucapkanlah: "Ya Allah,
tiada kebaikan kecuali kebaikanMu, dan tiada kesialan
kecuali yang Engkau timpakan dan tidak ada ilah (tuhan
/ yang disembah) kecuali Engkau." (HR. Ahmad)

Ramalan mujur-sial adalah syirik. (Beliau
mengulanginya tiga kali) dan tiap orang pasti
terlintas dalam hatinya perasaan demikian, tetapi
Allah menghilangkan perasaan itu dengan bertawakal.
(HR. Bukhari dan Muslim)

Durhaka kepada Ibu dan Bapak (Orang Tua)

Termasuk dosa besar seorang yang mencaci-maki
ibu-bapaknya. Mereka bertanya, "Bagaimana (mungkin)
seorang yang mencaci-maki ayah dan ibunya sendiri?"
Nabi Saw menjawab, "Dia mencaci-maki ayah orang lain
lalu orang itu (membalas) mencaci-maki ayahnya dan dia
mencaci-maki ibu orang lain lalu orang lain itupun
(membalas) mencaci-maki ibunya. (Mutafaq'alaih)

Aku beritahukan yang terbesar dari dosa-dosa besar.
(Rasulullah Saw mengulangnya hingga tiga kali).
Pertama, mempersekutukan Allah. Kedua, durhaka
terhadap orang tua, dan ketiga, bersaksi palsu atau
berucap palsu. (Ketika itu beliau sedang berbaring
kemudian duduk dan mengulangi ucapannya tiga kali,
sedang kami mengharap beliau berhenti mengucapkannya).
(Mutafaq'alaih)

Membunuh Manusia yang Tidak Berdosa

”Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi
Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang
manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain,
atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka
seakan-akan dia telah membunuh manusia
seluruhnya[412]. Dan barangsiapa yang memelihara
kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah
memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan
sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul
Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang
jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu
sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat
kerusakan dimuka bumi.” [Al Maa’idah:32]

Orang yang membunuh manusia secara zhalim (tidak dalam
rangka beladiri) dihukum qishash (bunuh):

”Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan
Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan)
yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka
sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli
warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui
batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang
yang mendapat pertolongan.” [Al Israa’:33]

”Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan
sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di
dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya
serta menyediakan azab yang besar baginya.” [An
Nisaa’:93]

Bunuh Diri

”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan
suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.” [An Nisaa’:29]

Membunuh, Berzina, dan Murtad

Dari Ibnu Mas'ud ra bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Tidak halal darah seorang muslim yang bersaksi bahwa
tiada Tuhan selain Allah dan bahwa aku adalah Utusan
Allah, kecuali salah satu dari tiga orang: janda yang
berzina, pembunuh orang dan orang yang meninggalkan
agamanya berpisah dari jama'ah." Muttafaq Alaihi.

Dari 'Aisyah Ra bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Tidak
halal membunuh seorang muslim kecuali salah satu dari
tiga hal: Orang yang telah kawin yang berzina, ia
dirajam; orang yang membunuh orang Islam dengan
sengaja, ia dibunuh; dan orang yang keluar dari agama
Islam lalu memerangi Allah dan Rasul-Nya, ia dibunuh
atau disalib atau dibuang jauh dari negerinya." [Abu
Dawud dan Nasa'i]

Riba (Mengambil Bunga)

Sering ada rentenir atau Bank yang menggunakan bunga
berlipat ganda hingga akhirnya orang yang tidak mampu
membayar kehilangan rumah karena disita.

Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang
kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan
mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli
itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan
jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang
telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu
terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa
yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.
Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu
adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya.” [Al Baqarah:275]

”Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan
Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam
kekafiran, dan selalu berbuat dosa” [Al Baqarah:276]

”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut)
jika kamu orang-orang yang beriman.” [Al
Baqarah:277]

Mengapa negeri kita sering dilanda bencana? Mungkin
karena zina dan riba sudah merajalela di negeri ini.

Apabila perzinaan dan riba telah melanda suatu negeri
maka mereka (penghuninya) sudah menghalalkan atas
mereka sendiri siksaan Allah. (HR. Ath-Thabrani dan Al
Hakim)

Menyerupai Lawan Jenis, Berzina dengan Hewan, dan
Homoseks

Sering di TV pemain pria berpakaian perempuan untuk
memancing tawa, padahal itu dosa. Laki-laki tidak
boleh berdandan dan berpakaian seperti wanita,
demikian pula sebaliknya.

Ada empat kelompok orang yang pada pagi dan petang
hari dimurkai Allah. Para sahabat lalu bertanya,
"Siapakah mereka itu, ya Rasulullah?" Beliau lalu
menjawab, "Laki-laki yang menyerupai perempuan,
perempuan yang menyerupai laki-laki, orang yang
menyetubuhi hewan, dan orang-orang yang homoseks. (HR.
Ahmad dan Ath-Thabrani)

Mengurangi Takaran atau Timbangan Ketika Berdagang

Sering pedagang sengaja mengurangi takaran atau
timbangan ketika berdagang agar cepat untung. Padahal
ini hanya membuat orang jadi kapok membeli di
tempatnya lagi karena sudah ditipu. Selain itu ini
adalah dosa dengan neraka Sijjiin sebagai balasannya.

Dari Ibnu Abbas dikemukakan bahwa ketika Rasulullah
saw. sampai ke Madinah, diketahui bahwa orang-orang
Madinah termasuk yang paling curang dalam takaran dan
timbangan. Maka Allah menurunkan ayat ini (S.83:1,2,3)
sebagai ancaman kepada orang-orang yang curang dalam
menimbang. Setelah ayat ini turun orang-orang Madinah
termasuk orang yang jujur dalam menimbang dan menakar.

(An-Nasa'i dan Ibnu Majah)

”Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang
(yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari
orang lain mereka minta dipenuhi,
dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang
lain, mereka mengurangi.” [Al Muthoffifiin:1-3]

Menyembunyikan cacat barang atau barang palsu sama
dengan di atas.

Mencuri dan Minum Khamar / Minuman Keras

Banyak orang Islam yang minum bir dan minuman
beralkohol padahal itu haram.

Tiada seorang berzina selagi dia mukmin, tiada seorang
mencuri selagi dia mukmin, dan tiada seorang minum
khamar pada saat minum dia mukmin. (Mutafaq'alaih)

Tiap minuman yang memabukkan adalah haram (baik
sedikit maupun banyak). (HR. Ahmad)

Ada tiga jenis orang yang diharamkan Allah masuk
surga, yaitu pemabuk berat, pendurhaka terhadap kedua
orang tua, dan orang yang merelakan kejahatan berlaku
dalam keluarganya (artinya, merelakan isteri atau anak
perempuannya berbuat serong atau zina). (HR.
An-Nasaa'i dan Ahmad)

Jangan Membakar Makhluk Allah

Pernah kita baca ada masyarakat yang membakar pencuri
karena marah. Padahal Allah melarang kita menghukum
dengan siksaan Allah.

Jangan menyiksa dengan siksaan Allah (artinya:
menyiksa dengan api). (HR. Tirmidzi dan Al-Baihaqi)

Jangan Mengkafirkan Sesama Muslim

Jangan mengkafirkan orang yang shalat karena perbuatan
dosanya meskipun (pada kenyataannya) mereka melakukan
dosa besar. Shalatlah di belakang tiap imam dan
berjihadlah bersama tiap penguasa. (HR. Ath-Thabrani)

Itulah daftar perbuatan dosa yang diharamkan Allah SWT
semoga kita terhindar dari itu semua. Jika ada dosa
tersebut yang kita perbuat, semoga Allah SWT memberi
kita kekuatan untuk menghentikan serta bertobat kepada
Allah SWT.

Dari Anas bin Malik ra dia berkata: Aku mendengar
Rasulullah SAW bersabda, “Allah SWT berfirman,
“Wahai anak Adam, sepanjang engkau memohon kepada-Ku
dan berharap kepada-Ku akan Aku ampuni apa yang telah
kamu lakukan. Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, jika
dosa-dosamu setinggi awan di langit kemudian engkau
meminta ampunan kepada-Ku akan Aku ampuni. Wahai anak
Adam, sesungguhnya jika engkau datang membawa
kesalahan sebesar dunia, kemudian engkau datang
kepada-Ku tanpa menyekutukan Aku dengan sesuatu
apapun, pasti Aku akan datang kepadamu dengan ampunan
sebesar itu pula.” (HR. Tirmidzi,

Tidak Berdusta

”Hai Nabi, apabila datang kepadamu
perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan
janji setia, bahwa mereka tiada akan menyekutukan
Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak
akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta
yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka
dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik,
maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah
ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah
maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Al
Mumtahanah:12]

Mendapat/Membaca Informasi dari orang Fasik/Kafir
tanpa Memeriksa

Sering orang Islam mendapatkan informasi dari media
massa orang yang fasik ata kafir tanpa
tabayyuun/memeriksa berita sehingga akhirnya ummat
Islam menganggap Islam itu keras, Muslim adalah
teroris, MUI lembaga yang tidak kredibel, dan
sebagainya.

”Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu
orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah
dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang
menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” [Al
Hujuraat:6]
Oleh karena itu ummat Islam hendaknya mencerna
hati-hati berita dari kelompok kafir/Yahudi/Liberal
seperti dari CNN, Fox, BBC, dan sebagainya agar tidak
termakan fitnah bahwa pejuang kemerdekaan Palestina
adalah teroris sementara negara Israel yang banyak
membantai ummat Islam justru baik.

Carilah berita dari Media Islam seperti TV Al Jazeera,
Hidayatullah.com, Eramuslim.com, dan sebagainya.

Berperang/Tawuran terhadap Sesama Muslim

Ummat Islam itu bersaudara. Sayangnya ternyata banyak
peperangan/tawuran terhadap sesama Muslim. Iraq
menyerang Iran, kemudian Iraq juga menyerang Kuwait
dan Arab Saudi yang dibalas Arab Saudi dengan
mengundang tentara kafir AS ke negaranya.

Di Indonesia pun sering terjadi tawuran sesama Muslim
yang tak jarang memakan korban jiwa. Baik antar warga
seperti warga Matraman, Otista Raya, Manggarai, atau
pun anak-anak SMP, SMA, atau Universitas. Aneh jika
mereka takut berjihad ke Palestina melawan penjajah
Yahudi tapi begitu berani ”berperang” sampai mati
terhadap sesama Muslim lewat tawuran.

”Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman
itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya!
Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap
yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu
kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah.
Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya
menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil;
sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku
adil.” [Al Hujuraat;9]

Meniru Orang Kafir

Karena pengaruh film Holywood atau Sinetron TV, banyak
remaja Islam yang meniru tingkah laku orang-orang
kafir dari pacaran di malam Minggu hingga berzina.

Barangsiapa menyerupai (meniru-niru) tingkah-laku
suatu kaum maka dia tergolong dari mereka. (HR. Abu
Dawud)

Merendahkan dan Menghina Sesama Muslim

”Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan
orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh
jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan
jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan
lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.
Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan
memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan.
Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk
sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka
mereka itulah orang-orang yang zalim.” [Al
Hujuraat:11]

Buruk Sangka dan Menggunjing

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan
purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari
purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari
keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama
lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu
merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang.” [Al Hujuraat:12]

Menghambur-hamburkan Uang atau Boros

Allah melarang ummat Islam hidup boros dengan
menghabiskan uang untuk hal yang tidak bermanfaat atau
berlebihan seperti membeli barang terlampau mewah dan
banyak, merokok, membakar petasan, dan sebagainya.
Orang yang boros adalah saudara setan, begitu firman
Allah SWT.

”Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat
akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam
perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan
(hartamu) secara boros.
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah
saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat
ingkar kepada Tuhannya.” [Al Israa’:26-27]

Bermegah-megahan

Sering orang bermegah-megahan dalam soal banyak harta,
anak, pengikut, kemuliaan, dan seumpamanya sehingga
lalai dari beribadah kepada Allah SWT.

Dari Ibnu Buraidah dikemukakan bahwa ayat 102:1-2
turun berkenaan dengan dua qabilah Anshar. Bani
Haritsah dan Bani Harts yang saling menyombongkan diri
dengan kekayaan dan keturunannya dengan saling
bertanya: "Apakah kalian mempunyai pahlawan yang
segagah dan secekatan si Anu?" Mereka menyombongkan
diri pula dengan kedudukan dan kekayaan orang-orang
yang masih hidup. Mereka mengajak pula pergi ke kubur
untuk menyombongkan kepahlawanan dari golongannya yang
sudah gugur, dengan menunjukkan kuburannya. Ayat ini
(S.102:1-2) turun sebagai teguran kepada orang-orang
yang hidup bermegah-megah sehingga terlalaikan
ibadahnya kepada Allah.
(Ibnu Abi Hatim)

”Bermegah-megahan telah melalaikan kamu
sampai kamu masuk ke dalam kubur.
Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat
perbuatanmu itu)” [At Takatsuur:1-3]

Mengumbar Aurat

Aurat mukmin terhadap mukmin yang lain haram (HR.
Ath-Thahawi)

Apabila perzinaan dan riba telah melanda suatu negeri
maka mereka (penghuninya) sudah menghalalkan atas
mereka sendiri siksaan Allah. (HR. Ath-Thabrani dan Al
Hakim)

Nabi SAW bersabda: ”Ada dua golongan dari penghuni
neraka yang aku tidak sampai melihat mereka yaitu
suatu kaum yang menyandang pecut seperti ekor sapi
(yang) dipakai untuk memukuli orang-orang dan
wanita-wanita berpakaian mini, telanjang. Mereka
melenggang bergoyang. Rambutnya ibarat punuk unta yang
miring. Mereka tidak akan masuk surga atau mencium
harumnya surga yang sebenarnya dapat dirasakan dari
jarak sekian sekian. (HR. Muslim)

Selain hal di atas dilarang pula berbagai penyakit
hati seperti Sombong, Riya, Kikir, Dengki, dan
sebagainya.

”Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan
sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak
dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan
sampai setinggi gunung.” [Al Israa’:37]

(Dikatakan kepada mereka): "Masuklah kamu ke
pintu-pintu neraka Jahannam, sedang kamu kekal di
dalamnya. Maka itulah seburuk-buruk tempat bagi
orang-orang yang sombong." [Al Mu’miin

”Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang
keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan
maksud riya' kepada manusia serta menghalangi (orang)
dari jalan Allah. Dan (ilmu) Allah meliputi apa yang
mereka kerjakan.” [Al Anfaal:47]

”Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu
pada lehermu (kikir) dan janganlah kamu terlalu
mengulurkannya (royal) karena itu kamu menjadi tercela
dan menyesal.” [Al Israa’:29]

”(yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang
lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia Allah
yang telah diberikan-Nya kepada mereka. Dan Kami telah
menyediakan untuk orang-orang kafir siksa yang
menghinakan.” [An Nisaa’:37]

” dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki." [Al
Falaq:5]

Jika kita mengerjakan salah satu dari dosa di atas,
hendaknya kita berusaha menghentikannya dan bertobat
kepada Allah SWT karena sesungguhnya Allah Maha
Pengampun dan penerima Taubat.

“..Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai
orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”
[An-Nuur:31)

“ Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui
batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu
berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah
mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah
Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
[Az-Zumar:53]

“Wahai anak Adam, sepanjang engkau memohon kepada-Ku
dan berharap kepada-Ku akan Aku ampuni apa yang telah
kamu lakukan. Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, jika
dosa-dosamu setinggi awan di langit kemudian engkau
meminta ampunan kepada-Ku akan Aku ampuni. Wahai anak
Adam, sesungguhnya jika engkau datang membawa
kesalahan sebesar dunia, kemudian engkau datang
kepada-Ku tanpa menyekutukan Aku dengan sesuatu
apapun, pasti Aku akan datang kepadamu dengan ampunan
sebesar itu pula.” [HR. Tirmidzi]

Media Islam ­ Belajar Islam sesuai Al Qur’an dan
hadits
www.media-islam.or.id

Rabu, 04 Februari 2009

Membeli Kebun di Surga

oleh Dadi M. Hasan Basri
-----------------

Suatu ketika, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang bersedekah, di surga nanti, ia akan memiliki seperti yang ia sedekahkan.”

Abu Dahdah bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, aku
memiliki dua kebun. Apabila salah satunya kusedekahkan, apakah kelak
aku akan memiliki kebun seperti itu di surga?’

Rasulullah SAW menjawab, “Benar.”

Abu Dahdah kembali bertanya, “Apakah istri (Ummu Dahdah) dan anak-anakku juga akan bersamaku di surga?”

Rasulullah SAW menjawab, “Benar.”

Abu Dahdah pun membulatkan tekadnya untuk menyedekahkan kebunnya
yang terbaik.
Sesampainya di kebun itu, ia berjumpa dengan istri dan
anak-anaknya. Ia pun menegaskan kepada mereka, “Aku akan menyedekahkan
kebun ini. Dengan begitu, aku membeli kebun seperti ini di surga.
Adapun engkau, istriku, akan bersamaku dan seluruh anak kita.”

Tiba-tiba saja meneteslah air mata bahagia dari kedua pelupuk mata istrinya yang beriman itu.

Istri Abu Dahdah lalu berkata, “Semoga yang engkau jual dan beli diberkati Allah SWT, wahai suamiku.”

Istri Abu Dahdah kemudian segera memanggil anak-anaknya dan
meninggalkan kebun itu karena sudah bukan milik mereka lagi. Akhirnya,
kebun itu menjadi milik umat Islam yang miskin.

Kisah diatas dikutip oleh al-Kalbi dalam tafsirnya saat menjelaskan surah al-Baqarah ayat 245,

“Barangsiapa
meminjami Allah dengan pinjamannya yang baik maka Allah melipatgandakan
ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan (rezeki)
dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.”

Kisah ini juga diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib. Kisah ini
mengingatkan kita bahwa apa yang tengah kita genggam sekarang ini, apa
yang kita miliki kini, pada hakikatnya tidaklah memiliki arti apa-apa
bila tidak kita infakkan, bila tidak kita sedekahkan di jalan Allah.

Harta yang diperhitungkan oleh Allah untuk diberi balasan kenikmatan
surga bukanlah harta yang kita peroleh kemudian kita simpan, melainkan
harta yang kita peroleh dengan jalan yang halal kemudian kita infakkan
(nafkahkan) dan kita sedekahkan.

Abu Dahda, seorang sahabat Nabi, ketika mendengar bahwa sedekah yang
kita berikan akan diganti oleh Allah dengan ganti yang setimpal, bahkan
lebih, dengan segera menginfakkan salah satu dari dua kebunnya, bahkan
kebunnya yang terbaik. Ia berharap
Allah akan menggantinya dengan kebun
serupa di surga kelak.

Kisah ini dapat kita jadikan bahan renungan dan cerminan, apakah
sudah seperti itu upaya kita untuk mendapatkan hal yang sepadan di
akhirat kelak dengan apa yang kita infakkan di dunia ini. Apakah infak
dan sedekah yang kita keluarkan hanyalah serpihan-serpihan kecil atau
remah-remah dari harta kita yang tidak berarti dan tidak kita
perhitungkan?

Seorang teman pernah berseloroh, “Bila Anda merasa berat sewaktu
berinfak dengan sepuluh ribu rupiah, tetapi merasa ringan sewaktu
berinfak dengan seribu rupiah, seukuran itu pulalah kualitas Anda.
Semakin ringan Anda mengeluarkan infak dalam jumlah yang semakin besar
dalam kemampuan Anda, sebesar itu pulalah kualitas Anda.”

Dalam sebuah hadits qudsi, Allah berfirman,“Berikan hartamu maka Aku akan memberi kepadamu.” (HR Bukhari dan Muslim)


Karena itu, jangan ragu-ragu untuk berinfak dan bersedekah. Biarkanlah
diri Anda memberi. Bila Anda melakukannya dengan ikhlas dan kerendahan
hati, banyak berkah Ilahi yang mengalir kepada Anda.

Tujuh manfaat bersedekah:

1. membebaskan dari kesulitan,

2. menyembuhkan penyakit,

3. memelihara harta benda,

4. meredakan murka Allah,

5. menarik cinta kasih manusia,

6. membuat hati yang keras menjadi lembut, dan

7. menambah keberkahan usia.

Dalam sebuah pepatah dikatakan, “Sebaik-baik harta adalah yang kamu
infakkan (sedekahkan) dan sebaik-baik ilmu adalah yang memberimu guna.”

Maaf Suamiku… Aku Tidak Akan Menaatimu!!

Penulis: Ummu Aiman
Muroja’ah oleh: Ustadz Nur Kholis KurdianLc.

Bahagia rasanya saat akad nikah terucapsaat semarak walimatul ‘urs menggemasaat tali pernikahan terikat. Saat itu telah halal cinta dua orang insansaling mengisi dan saling melengkapi setiap harinya. Saat itu pula masing-masing pasangan akan memiliki tugas dan kewajiban baru dalam kehidupan mereka. Sang suami memiliki hak yang harus ditunaikan istrinyadan sang istripun mempunyai hak yang harus ditunaikan oleh suaminya. Alangkah bahagianya jika masing-masing secara seimbang senantiasa berupaya menunaikan kewajibannya.


Duhai saudariku muslimahkini aku bertanya padamu… bukankah indah rasanya jika seorang istri mematuhi suaminyakemudian ia senantiasa menjadi penyejuk mata bagi suaminyamenjaga lisan dari menyebarkan rahasia suaminyalalu menjaga harta dan anak-anak suami ketika ia pergi? Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam“Tidak ada perkara yang lebih bagus bagi seorang mukmin setelah bertakwa kepada Allah daripada istri yang shalihahbila ia menyuruhnya maka ia menaatinyabila memandangnya membuat hati senangbila bersumpah (agar istrinya melakukan sesuatu)maka ia melakukannya dengan baikdan bila ia pergi maka ia dengan tulus menjaga diri dan hartanya.” (HR. Ibnu Majah)

Sehingga… kehidupan rumah tangga pun akan berjalan penuh dengan kemesraan dan kebahagiaan. Yang satu menjadi tempat berbagi bagi yang lainsaling menasehati dalam ketakwaandan saling menetapi dalam kesabaran.

Saudariku muslimah… tulisan tentang kewajiban istri dalam mematuhi perintah suami telah banyak dibahas. Maka kini penulis akan mencoba mengetengahkan hal-hal apa saja yang tidak boleh dipatuhi oleh seorang istri di saat suaminya memerintah.

Ini Saatnya Mematuhi Perintah Suami

Diantara ciri seorang istri sholihah adalah mematuhi perintah suaminya. Yang dimaksud mematuhi perintah adalah mematuhi dalam hal yang mubah dan disyari’atkan. Jika dalam perkara yang disyari’atkantentu hal ini tidak perlu dipertanyakan lagi hukumnyakarena perkara yang demikian adalah hal-hal yang Allah perintahkan kepada para hamba-Nyaseperti kewajiban sholatberpuasa di bulan Ramadhanmemakai jilbabdan lain-lain. Maka untuk hal iniseorang hamba tidak boleh meninggalkannya karena meninggalkan perintah Allah Ta’ala adalah sebuah dosa. Sedangkan dalam perkara yang mubahjika suami memerintahkan kita untuk melakukannya maka kita harus melaksanakannya sebagai bentuk ketaatan kepada suami. Contohnya suami menyuruh sang istri rajin membersihkan rumahberusaha mengatur keuangan keluarga dengan baikselalu bangun tidur awal waktumembantu pekerjaan suamidan hal-hal lain yang diperbolehkan dalam syari’at Islam.

Ada Saatnya Menolak Perintah Suami

Jika dalam hal yang disyari’atkan dan yang mubah kita wajib mematuhi suamimaka lain halnya jika suami menyuruh kepada istri untuk melakukan kemaksiatan dan menerjang aturan-aturan Allah. Untuk yang satu ini kita tidak boleh mematuhinya meskipun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda“Kalau sekiranya aku (boleh) memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain maka akan aku perintahkan seorang wanita untuk sujud kepada suaminya.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Kita tidak boleh tunduk pada suami yang memerintah kepada kemaksiatan meskipun hati kita begitu cinta dan sayangnya kepada suami. Jika kewajiban patuh pada suami sangatlah besarmaka apalagi kewajiban mematuhi Allahtentu lebih besar lagi. Allahlah yang menciptakan kita dan suami kitakemudian mengikat tali cinta diantara sang istri dan suaminya. Namun perlu diketahuibukan berarti kita harus marah-marah dan bersikap keras kepada suami jika ia memerintahkan suatu kemaksiatan kepada kitatetapi cobalah untuk menasehatinya dan berbicara dengan lemah lembutsiapa tahu suami tidak sadar akan kesalahannya atau sedang perlu dinasehatikarena perkataan yang baik adalah sedekah.

Saudarikuberikut ini beberapa contoh perintah suami yang tidak boleh kita taati karena bertentangan dengan perintah Allah:

1. Menyuruh Kepada Kesyirikan

Tidak layak bagi kita untuk menaati suami yang memerintah untuk melakukan kesyirikan seperti menyuruh istri pergi ke dukunmenyuruh mengalungkan jimat pada anaknyangalap berkah di kuburanbermain zodiakdan lain-lain. Ketahuilah saudarikusyirik adalah dosa yang paling besar. Syirik merupakan kezholiman yang paling besar (lihat QS Luqman: 13). Bagaimana bisa seorang hamba menyekutukan Allah sedang Allah-lah yang telah menciptakan dan memberi berbagai nikmat kepadanya? Sungguh merupakan sebuah penghianatan yang sangat besar!

2. Menyuruh Melakukan Kebid’ahan

Nujuh bulan (mitoni – bahasa jawa) adalah acara yang banyak dilakukan oleh masyarakat ketika calon ibu genap tujuh bulan mengandung si bayi. Ini adalah salah satu dari sekian banyak amalan yang tidak ada contohnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Walaupun begitu banyak masyarakat yang mengiranya sebagai ibadah sehingga merekapun bersemangat mengerjakannya. Ketahuilah wahai saudariku muslimahjika seseorang melakukan suatu amalan yang ditujukan untuk ibadah padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menyontohkannyamaka amalan ini adalah amalan yang akan mendatangkan dosa jika dikerjakan. Ketika sang suami menyuruh istrinya melakukan amalan semacam inimaka istri harus menolak dengan halus serta menasehati suaminya.

3. Memerintah untuk Melepas Jilbab

Menutup aurat adalah kewajiban setiap muslimah. Ketika suami memerintahkan istri untuk melepas jilbabnyamaka hal ini tidak boleh dipatuhi dengan alasan apapun. Misalnya sang suami menyuruh istri untuk melepaskan jilbabnya agar mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lumayanhal ini tentu tidak boleh dipatuhi. Bekerja diperbolehkan bagi muslimah (jika dibutuhkan) dengan syarat lingkungan kerja yang aman dari ikhtilat (campur baur dengan laki-laki) dan kemaksiatantidak khawatir timbulnya fitnahserta tidak melalaikan dari kewajibannya sebagai istri yaitu melayani suami dan mendidik anak-anak. Dan tetap berada di rumahnya adalah lebih utama bagi wanita (Lihat QS Al-Ahzab: 33). Allah telah memerintahkan muslimah berjilbab sebagaimana dalam QS Al-Ahzab: 59. Perintah Allah tidaklah pantas untuk dilanggarkarena tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Sang Pencipta.

3. Mendatangi Istri Ketika Haidh atau dari Dubur

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda“…dan persetubuhan salah seorang kalian (dengan istrinya) adalah sedekah.” (HR. Muslim)

Begitu luasnya rahmat Allah hingga menjadikan hubungan suami istri sebagai sebuah sedekah. Berhubungan suami istri boleh dilakukan dengan cara dan bentuk apapun. Walaupun begituIslam pun memiliki rambu-rambu yang harus dipatuhiyaitu suami tidak boleh mendatangi istrinya dari arah dubursebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda“(Boleh) dari arah depan atau arah belakangasalkan di farji (kemaluan).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka ketika suami mengajak istri bersetubuh lewat duburhendaknya sang istri menolak dan menasehatinya dengan cara yang hikmah. Termasuk hal yang juga tidak diperbolehkan dalam berhubungan suami istri adalah bersetubuh ketika istri sedang haid. Maka perintah mengajak kepada hal ini pun harus kita langgar. Hal ini senada dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam“Barangsiapa yang menjima’ istrinya yang sedang dalam keadaan haid atau menjima’ duburnyamaka sesungguhnya ia telah kufur kepada Muhammad.” (HR. TirmidziAbu DawudIbnu Majahdan Ad-Darimi dari hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)

Belajarlah Wahai Muslimah!

Demikianlah saudariku pembahasan singkat yang dapat penulis sampaikan. Sebagai penutupmari kita ringkas pembahasan ini: Bahwa wajib bagi seorang istri untuk mematuhi apa yang diperintahkan suaminya dalam perkara yang mubah apalagi yang disyari’atkan Allahnamun tidak boleh patuh jika suami memerintahkan kemaksiatan dan yang dilarang oleh Rabb Semesta Alam.

Laluperkara apa sajakah yang termasuk dalam larangan Allah? untuk itusetiap hamba wajib mencari tahu tentang syari’at Islam karena dengannya akan tercapai ketakwaan kepada Allahyaitu melakukan yang Allah perintahkan dan meninggalkan apa yang Allah larang. Wahai para wanita muslim! Pelajarilah agama Allah dengan menghadiri majelis-majelis yang mengajarkan ilmu syar’i atau dengan menelaah buku dan tulisan para ‘ulama. Tidaklah mungkin seseorang akan mengenal agamanya tanpa berusaha mencari tahu. Dan tidak mungkin pula ilmu akan sampai kepadanya jika ia hanya bermalas-malasan di rumah atau kosatau hanya sibuk berjam-jam berdandan di depan cerminserta bergosip ria sepanjang waktu. Sungguh yang seperti itu bukanlah ciri seorang muslimah yang sejati. Bersegeralah melakukan kebaikan wahai saudarikukarena Allah pasti akan membalas setiap kebaikan dengan kebaikandan membalas keburukan dengan keburukan walaupun hanya sebesar biji sawi. Setiap anak Adam memiliki kesalahandan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah yang senantiasa berusaha untuk memperbaiki dirinya. Wallahu ta’ala a’lam.

Referensi:

1. Al-Qur’anul Karim
2. Panduan Lengkap Nikah (dari A sampai Z)Abu Hafsh UsamahPustaka Ibnu Katsir
3. Rahasia Sukses Menjadi Istri ShalihahHaulah DarwaisyPustaka Darul Ilmi
4. Sutra UnguAbu Umar BasyirRumah Dzikir

Selasa, 03 Februari 2009

MISTERI SHALAT SUBUH

Category: Books
Genre : Religion & Spirituality
Author : Dr. Raghib as-Sirjani

Menyingkap 1001 Hikmah Shalat Subuh Bagi Pribadi dan Masyarakat-
(Dilengkapi 10 Tips Mudah Menjalankan Shalat Subuh)
Penerbit: AQWAM

SINOPSIS:

Seorang penguasa Yahudi pernah berkata, "Kami baru takut terhadap umat
Islam jika mereka telah melaksanakan shalat Subuh seperti melaksanakan
shalat Jum'at."

Di balik pelaksanaan dua rakaat di ambang fajar, tersimpan rahasia
yang menakjubkan. Banyak permasalahan yang, bila dirunut, bersumber
dari pelaksanaan shalat Subuh yang disepelekan. Itulah sebabnya, para
sahabat Nabi berusaha sekuat tenaga agar tidak kehilangan waktu emas
itu. Pernah, suatu ketika mereka terlambat shalat Subuh dalam
penaklukan benteng Tastar. "Tragedi" ini membuat sahabat semisal Anas
bin Malik selalu menangis bila mengenangnya.

Yang menarik, Subuh ternyata juga menjadi waktu peralihan dari era
jahiliah menuju era tauhid. Kaum 'Ad, Tsamud, dan kaum pendurhaka
lainnya, dilibas petaka pada waktu Subuh -yang menandai berakhirnya
dominasi jahiliah dan munculnya cahaya tauhid.

Buku ini mencoba menganalisis bahwa keterpurukan umat Islam dewasa
ini, tak lepas dari akibat diremehkannya shalat Subuh. Bagaimana alur
logikanya? Dr. Raghib As-Sirjani mengupasnya tuntas dalam buku ini.
Keluasan wawasan sang penulis, ditambah kedalaman pengetahuannya akan
nash-nash syar'i, menyadarkan kepada kita ihwal keistimewaan shalat
Subuh yang selama ini kurang banyak dimengerti oleh umat Islam. Tak
lupa, beliau tuliskan tips-tips praktis agar mudah melaksanakan shalat
Subuh.

Tags: buku
Next: KEAJAIBAN SHALAT SUBUH

Shalat Malam

Kategori: Fiqh dan Muamalah

Hukum, Waktu dan Jumlah Rokaat Sholat Malam

Hukum sholat malam adalah sunah muakkad. Waktunya adalah setelah sholat ‘isya sampai dengan sebelum waktu sholat shubuh. Akan tetapi, waktu yang paling utama adalah sepertiga malam yang terakhir dan boleh dikerjakan sesudah tidur ataupun sebelumnya.

Sedangkan jumlah rokaatnya paling sedikit adalah 1 rokaat berdasarkan sabda Rosululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam, “Sholat malam adalah 2 rokaat (salam) 2 rokaat (salam), apabila salah seorang di antara kamu khawatir akan datangnya waktu shubuh maka hendaklah dia sholat 1 rokaat sebagai witir baginya.” (HR. Bukhori dan Muslim). Dan paling banyak adalah 11 rokaat berdasarkan perkataan ‘Aisyah radhiyallohu ‘anha, “Tidaklah Rosululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam sholat malam di bulan romadhon atau pun bulan yang lainnya lebih dari 11 rokaat.” (HR. Bukhori dan Muslim), walaupun mayoritas ulama menyatakan tidak ada batasan dalam jumlah rokaatnya.

Keutamaan Sholat Malam

Ketika menyebutkan ciri-ciri orang yang bertakwa, Alloh Subhanallohu wa Ta’ala berfirman yang artinya, “Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan di waktu pagi sebelum fajar.” (QS. Adz Dzariyat: 17-18)

Karena pentingnya sholat malam ini Alloh berfirman kepada Nabi-Nya yang artinya, “Hai orang yang berselimut, bangunlah pada sebagian malam (untuk sholat), separuhnya atau kurangi atau lebihi sedikit dari itu. Dan bacalah Al-Qur’an dengan tartil.” (QS. AlMuzammil: 1-4)

Berikut ini akan kami sampaikan beberapa keutamaan sholat malam dengan tujuan agar seseorang lebih bersemangat dan terdorong hatinya untuk mengerjakannya dan selalu mengerjakannya.

1. Sebab masuk surga.

Rosululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam, berilah makanan, sambunglah tali persaudaraan dan sholatlah ketika manusia terlelap tidur pada waktu malam niscaya engkau akan masuk surga dengan selamat.” (HR. Ibnu Majah, dishohihkan oleh Al Albani)

2. Menaikkan derajat di surga.

Rosululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh di dalam surga tedapat kamar-kamar yang bagian dalamnya terlihat dari luar dan bagian luarnya terlihat dari dalam. Kamar-kamar itu Alloh sediakan bagi orang yang memberi makan, melembutkan perkataan, mengiringi puasa Romadhon (dengan puasa sunah), menebarkan salam dan mengerjakan sholat malam ketika manusia lain terlelap tidur.” (HR. At Tirmidzi, dihasankan oleh Al Albani)

3. Penghapus dosa dan kesalahan.

Rosululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hendaklah kalian melakukan sholat malam, karena sholat malam itu adalah kebiasaan orang-orang sholih sebelum kalian, dan ibadah yang mendekatkan diri pada Tuhan kalian serta penutup kesalahan dan sebagai penghapus dosa.” (HR. At Tirmidzi, dihasankan oleh Al Albani)

4. Sholat yang paling utama setelah sholat fardhu.

Rosululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sholat yang paling utama setelah sholat wajib adalah sholat malam.” (HR. Muslim)

5. Kemulian orang yang beriman dengan sholat malam.

Ketika Jibril datang pada Rosululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, “Hai Muhammad, kemuliaan orang beriman adalah dengan sholat malam. Dan kegagahan orang beriman adalah sikap mandiri dari bantuan orang lain.” (HR. Al Hakim, dihasankan oleh Al Albani)

Akan tetapi disayangkan kebanyakan kaum muslimin meninggalkan sholat malam yang berarti telah menyia-nyiakan keutamaan yang telah Alloh sediakan dikarenakan kemalasan yang ada pada mereka atau pun tergoda dengan gemerlapnya dunia. Dalam riwayat Imam Bukhori disebutkan bahwa ketika Rosululloh ditanya tentang seorang yang tidur sepanjang malam sampai waktu subuh, maka Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dia adalah seorang yang kedua telinganya dikencingi oleh setan.” Hal ini adalah penghinaan setan baginya, lalu bagaimana seorang yang bangun setelah waktu subuh??? Wallohu Musta’an.

***

Penulis: Abu Abdillah Rudi Agus H.
Artikel www.muslim.or.id

Meniti Jalan Istiqomah

Kategori: Akhlaq dan Nasehat, Tazkiyatun Nufus

Kaum muslimin rahimakumullah, di dalam kehidupan manusia, Allah telah menetapkan jalan yang harus ditempuh oleh manusia melalui syariat-Nya sehingga seseorang senantiasa Istiqomah dan tegak di atas syariat-Nya, selalu menjalankan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya serta tidak berpaling ke kanan dan ke kiri. Allah ta’ala telah memerintahkan orang-orang yang beriman untuk senantiasa istiqomah.

Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Robb kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap beristiqomah, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita, mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan (di dunia)” (QS. Al Ahqaaf [46]: 13-14)

Akan tetapi bagaimana pun juga seorang hamba tidak mungkin untuk senantiasa terus dan sempurna dalam istiqomahnya. Terkadang seorang hamba luput dan lalai yang menyebabkan nilai istiqomah seorang hamba menjadi berkurang. Oleh karena itu, Allah memberikan jalan keluar untuk memperbaiki kekurangan tersebut yaitu dengan beristigfar dan memohon ampun kepada Allah ta’ala dari dosa dan kesalahan. Allah ta’ala berfirman yang artinya, Maka beristiqomahlah (tetaplah) pada jalan yang lurus menuju kepada Allah dan mohonlah ampun kepada-Nya”. (QS. Fushshilat [41]: 6). Di dalam al-Qur’an maupun Sunnah telah ditegaskan cara-cara yang dapat ditempuh oleh seorang hamba untuk bisa meraih istiqomah. Cara-cara tersebut adalah sebagai berikut:

Pertama, memahami dan mengamalkan dua kalimat syahadat dengan baik dan benar. Allah Ta’ala berfirman, “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ‘ucapan yang teguh’ dalam kehidupan di dunia dan di akhirat” (QS. Ibrahim [14] : 27). Makna “ucapan yang teguh” adalah dua kalimat syahadat. Sehingga, Allah akan meneguhkan orang yang beriman yang memahami dan mengamalkan dua kalimat syahadat ini di dunia dan di akhirat.

Kedua, membaca al-Qur’an dengan menghayati dan merenungkannya. Allah berfirman yang artinya, “Katakanlah: ‘Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan al-Qur‘an itu dari Robb-mu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).” (QS. An Nahl [16]:102)

Ketiga, berkumpul dan bergaul di lingkungan orang-orang saleh. Hal ini sangat membantu seseorang untuk senantiasa istiqomah di jalan Allah ta’ala. Teman-teman yang saleh akan senantiasa mengingatkan kita untuk berbuat baik serta mengingatkan kita dari kekeliruan. Bahkan dalam al-Qur’an disebutkan bahwa hal yang sangat membantu meneguhkan keimanan para sahabat adalah keberadaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Allah berfirman yang artinya, “Bagaimana mungkin (tidak mungkin) kalian menjadi kafir, sedangkan ayat-ayat Allah dibacakan kepada kalian, dan Rosul-Nya pun berada di tengah-tengah kalian? Dan barang siapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah maka sesungguhnya dia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Ali ‘Imran [3]:101)

Keempat, berdoa kepada Allah ta’ala agar Dia senantiasa memberikan kepada kita istiqomah hingga akhir hayat. Bahkan Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha mengatakan bahwa doa yang paling sering dibaca oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah doa, “Yaa muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘ala diinik ” artinya “Wahai Zat yang membolak-balikkan hati teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.” (HR. Tirmidzi, Ahmad, Hakim, dishahihkan oleh Adz Dzahabi, lihat pula Shahihul Jami’)

Kelima, membaca kisah Rasulullah, para sahabat dan para ulama terdahulu untuk mengambil teladan dari mereka. Dengan membaca kisah-kisah mereka, bagaimana perjuangan mereka dalam menegakkan diinul Islam, maka kita dapat mengambil pelajaran dari kisah tersebut sebagaimana firman Allah ta’ala yang artinya, “Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Huud [11]: 120)

Kaum muslimin rahimakumullah demikianlah sedikit yang dapat kami sampaikan sebagai renungan bagi kita semua untuk meniti jalan istiqomah. Semoga Allah ta’ala memberikan keteguhan kepada kita untuk senantiasa menjalankan syariat-Nya hingga kelak kematian menjemput kita semua. Amiin ya Mujibbassaailiin.

[Diringkas dari penjelasan Hadits Arba’in No. 21 yang ditulis oleh Ustadz Abdullah Taslim, Lc.]

***

Penulis: Amrullah Akadhinta
Artikel www.muslim.or.id

Tawakal yang Sebenarnya

Kategori: Akhlaq dan Nasehat, Tazkiyatun Nufus

Sebagian orang menganggap bahwa tawakal adalah sikap pasrah tanpa melakukan usaha sama sekali. Contohnya dapat kita lihat pada sebagian pelajar yang keesokan harinya akan melaksanakan ujian. Pada malam harinya, sebagian dari mereka tidak sibuk untuk menyiapkan diri untuk menghadapi ujian besok namun malah sibuk dengan main game atau hal yang tidak bermanfaat lainnya. Lalu mereka mengatakan, “Saya pasrah saja, paling besok ada keajaiban.”

Apakah semacam ini benar-benar disebut tawakal?! Semoga pembahasan kali ini dapat menjelaskan pada pembaca sekalian mengenai tawakal yang sebenarnya dan apa saja faedah dari tawakal tersebut.

Tawakal yang Sebenarnya

Ibnu Rajab rahimahullah dalam Jami’ul Ulum wal Hikam tatkala menjelaskan hadits no. 49 mengatakan, “Tawakal adalah benarnya penyandaran hati pada Allah ‘azza wa jalla untuk meraih berbagai kemaslahatan dan menghilangkan bahaya baik dalam urusan dunia maupun akhirat, menyerahkan semua urusan kepada-Nya serta meyakini dengan sebenar-benarnya bahwa ‘tidak ada yang memberi, menghalangi, mendatangkan bahaya, dan mendatangkan manfaat kecuali Allah semata‘.”

Tawakal Bukan Hanya Pasrah

Perlu diketahui bahwa tawakal bukanlah hanya sikap bersandarnya hati kepada Allah semata, namun juga disertai dengan melakukan usaha.

Ibnu Rajab mengatakan bahwa menjalankan tawakal tidaklah berarti seseorang harus meninggalkan sebab atau sunnatullah yang telah ditetapkan dan ditakdirkan. Karena Allah memerintahkan kita untuk melakukan usaha sekaligus juga memerintahkan kita untuk bertawakal. Oleh karena itu, usaha dengan anggota badan untuk meraih sebab termasuk ketaatan kepada Allah, sedangkan tawakal dengan hati merupakan keimanan kepada-Nya. Sebagaimana Allah Ta’ala telah berfirman (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, ambillah sikap waspada.” (QS. An Nisa [4]: 71). Allah juga berfirman (yang artinya), “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang.” (QS. Al Anfaal [8]: 60). Juga firman-Nya (yang artinya), “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah” (QS. Al Jumu’ah [62]: 10). Dalam ayat-ayat ini terlihat bahwa kita juga diperintahkan untuk melakukan usaha.

Sahl At Tusturi mengatakan, “Barang siapa mencela usaha (meninggalkan sebab) maka dia telah mencela sunnatullah (ketentuan yang Allah tetapkan -pen). Barang siapa mencela tawakal (tidak mau bersandar pada Allah, pen) maka dia telah meninggalkan keimanan. (Lihat Jami’ul Ulum wal Hikam)

Burung Saja Melakukan Usaha untuk Bisa Kenyang

Dari Umar bin Al Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya kalian betul-betul bertawakal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rezeki sebagaimana burung mendapatkan rezeki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Al Hakim. Dikatakan shahih oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash Shohihah no. 310)

Imam Ahmad pernah ditanyakan mengenai seorang yang kerjaannya hanya duduk di rumah atau di masjid. Pria itu mengatakan, “Aku tidak mengerjakan apa-apa sehingga rezekiku datang kepadaku.” Lalu Imam Ahmad mengatakan, “Orang ini tidak tahu ilmu (bodoh). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Allah menjadikan rezekiku di bawah bayangan tombakku.” Dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda (sebagaimana hadits Umar di atas). Disebutkan dalam hadits ini bahwa burung tersebut pergi pada waktu pagi dan kembali pada waktu sore dalam rangka mencari rizki. (Lihat Umdatul Qori Syarh Shohih Al Bukhari, 23/68-69, Maktabah Syamilah)

Al Munawi juga mengatakan, “Burung itu pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali ketika sore dalam keadaan kenyang. Namun, usaha (sebab) itu bukanlah yang memberi rezeki, yang memberi rezeki adalah Allah ta’ala. Hal ini menunjukkan bahwa tawakal tidak harus meninggalkan sebab, akan tetapi dengan melakukan berbagai sebab yang akan membawa pada hasil yang diinginkan. Karena burung saja mendapatkan rezeki dengan usaha sehingga hal ini menuntunkan pada kita untuk mencari rezeki. (Lihat Tuhfatul Ahwadzi bisyarhi Jaami’ At Tirmidzi, 7/7-8, Maktabah Syamilah)

Tawakal yang Termasuk Syirik

Setelah kita mengetahui pentingnya melakukan usaha, hendaknya setiap hamba tidak bergantung pada sebab yang telah dilakukan. Karena yang dapat mendatangkan rezeki, mendatangkan manfaat dan menolak bahaya bukanlah sebab tersebut tetapi Allah ta’ala semata.

Imam Ahmad mengatakan bahwa tawakal adalah amalan hati yaitu ibadah hati semata (Madarijus Salikin, Ibnul Qayyim, 2/96). Sedangkan setiap ibadah wajib ditujukan kepada Allah semata. Barang siapa yang menujukan satu ibadah saja kepada selain Allah maka berarti dia telah terjatuh dalam kesyirikan. Begitu juga apabila seseorang bertawakal dengan menyandarkan hati kepada selain Allah -yaitu sebab yang dilakukan-, maka hal ini juga termasuk kesyirikan.

Tawakal semacam ini bisa termasuk syirik akbar (syirik yang dapat mengeluarkan seseorang dari Islam), apabila dia bertawakal (bersandar) pada makhluk pada suatu perkara yang tidak mampu untuk melakukannya kecuali Allah ta’ala. Seperti bersandar pada makhluk agar dosa-dosanya diampuni, atau untuk memperoleh kebaikan di akhirat, atau untuk segera memperoleh anak sebagaimana yang dilakukan oleh para penyembah kubur dan wali. Mereka menyandarkan hal semacam ini dengan hati mereka, padahal tidak ada siapapun yang mampu mengabulkan hajat mereka kecuali Allah ta’ala. Apa yang mereka lakukan termasuk tawakal kepada selain Allah dalam hal yang tidak ada seorang makhluk pun memenuhinya. Perbuatan semacam ini termasuk syirik akbar. Na’udzu billah min dzalik.

Sedangkan apabila seseorang bersandar pada sebab yang sudah ditakdirkan (ditentukan) oleh Allah, namun dia menganggap bahwa sebab itu bukan hanya sekedar sebab (lebih dari sebab semata), seperti seseorang yang sangat bergantung pada majikannya dalam keberlangsungan hidupnya atau masalah rezekinya, semacam ini termasuk syirik ashgor (syirik kecil) karena kuatnya rasa ketergantungan pada sebab tersebut.

Tetapi apabila dia bersandar pada sebab dan dia meyakini bahwa itu hanyalah sebab semata sedangkan Allah-lah yang menakdirkan dan menentukan hasilnya, hal ini tidaklah mengapa. (Lihat At Tamhiid lisyarhi Kitabit Tauhid, 375-376; Syarh Tsalatsatil Ushul, 38; Al Qoulul Mufid, 2/29)

Penutup

Ingatlah bahwa tawakal bukan hanya untuk meraih kepentingan dunia saja. Tawakal bukan hanya untuk meraih manfaat duniawi atau menolak bahaya dalam urusan dunia. Namun hendaknya seseorang juga bertawakal dalam urusan akhiratnya, untuk meraih apa yang Allah ridhai dan cintai. Maka hendaknya seseorang juga bertawakal agar bagaimana bisa teguh dalam keimanan, dalam dakwah, dan jihad fii sabilillah. Ibnul Qayyim dalam Al Fawa’id mengatakan bahwa tawakal yang paling agung adalah tawakal untuk mendapatkan hidayah, tetap teguh di atas tauhid dan tetap teguh dalam mencontoh/mengikuti Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam serta berjihad melawan ahli bathil (pejuang kebatilan). Dan beliau rahimahullah mengatakan bahwa inilah tawakal para rasul dan pengikut rasul yang utama.

Kami tutup pembahasan kali ini dengan menyampaikan salah satu faedah tawakal. Perhatikanlah firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath Thalaaq [65]: 2-3). Al Qurtubi dalam Al Jami’ Liahkamil Qur’an mengatakan, “Barang siapa menyerahkan urusannya sepenuhnya kepada Allah, maka Allah akan mencukupi kebutuhannya.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah membaca ayat ini kepada Abu Dzar. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya, “Seandainya semua manusia mengambil nasihat ini, sungguh hal ini akan mencukupi mereka.” Yaitu seandainya manusia betul-betul bertakwa dan bertawakal, maka sungguh Allah akan mencukupi urusan dunia dan agama mereka. (Jami’ul Ulum wal Hikam, penjelasan hadits no. 49). Hanya Allah-lah yang mencukupi segala urusan kami, tidak ada ilah yang berhak disembah dengan hak kecuali Dia. Kepada Allah-lah kami bertawakal dan Dia-lah Rabb ‘Arsy yang agung.

***

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Muroja’ah: Ustadz Aris Munandar
Artikel www.muslim.or.id

Pesankan Saya Tempat Di Neraka

ORANG-ORANG Mesir sangat gandrung sama al-Quran. Kemanapun mereka pergi, mereka tidak lupa untuk membawa mushaf. Tidak heran bila hampir semua orang (apapun tugas, karir dan jabatannya) terlihat membaca Quran di sela-sela waktu senggang atau ba'da shalat. Begitu juga pemilik toko, penjaganya, para karyawan, satpam, sopir taksi, bos-bos kantoran, selalu terlihat membaca al-Quran. Kalau tidak dibaca, Al-Quran mereka letakkan dengan rapih di atas mejanya, atau ditenteng dan disimpan dalam tas jika bepergian.

Ayat al-Quran juga sering diperdengarkan dari rumah-rumah sederhana hingga hotel berbintang lima, dari warung-warung kecil hingga shopping center mewah, dari sarana transportasi butut hingga pesawat terbang.

Nyaris di semua tempat selalu ada yang membaca al-Quran.
Begitupun di dalam taksi, mikrolet, bus kota, kereta api, tram kota, senantiasa para pemuda, bapak-bapk dan kaum hawa senantiasa khusyu membaca Quran sambil mengusir suara bising obrolan dan deru knalpot.

Secara umum, ayat-ayat al-Quran yang "distel" di dalam kendaraan sangat bempengaruhi "karakteristik" pendengarnya. Normalnya, para penumpang malu untuk berbuat hal-hal yang tidak senonoh.

Pemandangan lain (yang di luar dugaan) juga terjadi di musim panas tahun 2002, dalam perjalanan menuju Alexandria , kota pantai yang bersejarah itu. Ada seorang gadis yang berpakaian sangat minim, bahkan tipis dan tembus
pandang. Semula dia tidak kebagian tempat duduk, akhirnya berdiri, dan "terlihat" oleh semua penumpang. Kebetulan Seorang syekh mencoba mengingatkan, tapi tidak digubris. Selengkapnya ditulis oleh kolumnis majalah Almannar (bukan Almannar yang dulu dikelola syekh Muhammad Rasyid Ridho yang kemudian menulis tafsir Almannar itu, melainkan Almannar Aljadid/neo-Almannar) berikut ini:

***

Musim panas merupakan ujian yang cukup berat. Terutama bagi Muslimah, untuk tetap mempertahankan pakaian kesopanannnya. Gerah dan panas tak lantas menjadikannya menggadaikan etika. Berbeda dengan musim dingin, dengan menutup telinga dan leher kehangatan badan bisa terjaga. Jilbab memang memiliki multifungsi.

Dalam sebuah perjalanan yang cukup panjang, dari Kairo ke Alexandria; di sebuah mikrobus, ada seorang perempuan muda berpakaian kurang layak untuk dideskripsikan sebagai
penutup aurat, karena menantang kesopanan. Ia duduk diujung kursi dekat pintu keluar. Tentu saja dengan cara pakaian seperti itu mengundang 'perhatian' kalau bisa dibahasakan sebagai keprihatinan sosial.

Seorang bapak setengah baya yang kebetulan duduk disampingnya mengingatkan bahwa pakaian yang dikenakannya bisa mengakibatkan sesuatu yang tak baik bagi dirinya sendiri. Disamping itu, pakaian tersebut juga melanggar aturan agama dan norma kesopanan. Orang tua itu bicara agak hati-hati, pelan-pelan, sebagaimana seorang bapak terhadap anaknya.

Apa respon perempuan muda tersebut? Rupanya dia tersinggung, lalu ia ekspresikan kemarahannya karena merasa hak privasinya terusik. Hak berpakaian menurutnya adalah hak prerogatif seseorang!

"Jika memang bapak mau, ini ponsel saya.
Tolong pesankan saya, tempat di neraka Tuhan Anda!"

Sebuah respon yang sangat frontal. Orang tua berjanggut itu hanya beristighfar. Ia terus menggumamkan kalimat-kalimat Allah. Penumpang lain yang mendengar kemarahan si wanita ikut kaget, lalu terdiam.

Detik-detik berikutnya, suasana begitu senyap. Beberapa orang terlihat kelelahan dan terlelap dalam mimpi, tak terkecuali perempuan muda itu.

Lalu sampailah perjalanan di penghujung tujuan, di terminal terakhir mikrobus Alexandria . Kini semua penumpang bersiap-siap untuk turun, tapi mereka terhalangi oleh perempuan muda tersebut yang masih terlihat tidur, karena posisi tidurnya berada dekat pintu keluar.

"Bangunkan saja!" kata seorang penumpang.
"Iya, bangunkan saja!" teriak yang lainnya.

Gadis itu tetap bungkam, tiada bergeming.

Salah seorang mencoba penumpang lain yang tadi duduk di dekatnya mendekati si wanita, dan menggerak-gerakkan tubuh si gadis agar posisinya berpindah. Namun, astaghfirullah! Apakah yang terjadi? Perempuan muda tersebut benar-benar tidak bangun lagi. Ia menemui ajalnya dalam keadaan memesan neraka!
Kontan seisi mikrobus berucap istighfar, kalimat tauhid serta menggumamkan kalimat Allah sebagaimana yang dilakukan bapak tua yang duduk di sampingnya. Ada pula yang histeris meneriakkan Allahu Akbar dengan linangan air mata.

Sebuah akhir yang menakutkan. Mati
dalam keadaan menantang Tuhan.
Seandainya tiap orang mengetahui akhir hidupnya....
Seandainya tiap orang menyadari hidupnya bisa berakhir setiap saat...
Seandainya tiap orang takut bertemu dengan Tuhannya dalam keadaan yang buruk...
Seandainya tiap orang tahu bagaimana kemurkaan Allah...
Sungguh Allah masih menyayangi kita yang masih terus dibimbing-Nya.
Allah akan semakin mendekatkan orang-orang yang dekat dengan-NYA semakin dekat.

Dan mereka yang terlena seharusnya segera sadar...
mumpung kesempatan itu masih ada!

Apakah booking tempatnya terpenuhi di alam sana? Wallahu a'lam.

dikutip dalam Salam Senyum